Pages

Tuesday, September 4, 2018

Drama Urus Visa Schengen dari Korea

Hari ini gue baru beres masukin aplikasi Visa Schengen dari Seoul untuk yang kelima kalinya dalam kurang dari dua tahun. Sekali apply keluar 60 euro, jangan ingatkan itu berapa rupiah, nanti gue sedih. Masih lebih murah dari sekali apply visa Inggris yang berlaku dua tahun + express, tapi ternyata gue ke Inggris baru sekali dalam 1.5 tahun. Yak.

Terima kasih Tuhan, gue masih sabar dan gak nangis. Gue bersyukur dan selalu senang untuk kembali ke Italia. Yes, tiap perjalanan gue ke Eropa, gue pasti ke Italia. Meski begitu, gue terus bertanya, "Ini sampe lulus, asumsi setaun dua kali ke Eropa, jadi bisa 8 halaman paspor abis buat Schengen kayanya."

Perlu diketahui, gue butuh waktu berhari-hari untuk menyiapkan itinerary karena gue biasanya punya keinginan ke kota aneh-aneh, tapi modal ga banyak jadi harus sabar-sabar cari. Yang terlama tentu yang pertama, plus yang keempat karena sekalian lewat Srilanka dan Maroko. Random banget kan?

Apply pertama - Januari 2017
Masih super newbie, hanya berbekal "requirements" yang dipost Kedutaan Italia di Seoul diwebsite mereka. Ternyata salah semua, super ga lengkap. Alhasil gue bolak-balik ke tukang foto, bank, tukang print. Datang dapat antrian pertama, pulang sebagai aplikan terakhir. Selama itu.

Capek banget, tapi rasanya terlalu excited buat mengeluh atau marah. Gue masih menganggap prosesnya lebih menyenangkan selain fakta bahwa ini semua bisa diantisipasi kalo "websitenya udah kita minta update, tapi dari kementerian belom diupdate juga tuh."

Apply kedua - April 2017
Udah lebih santai, demi Tiziano Ferro. Semua udah ready. Smooth. Dapet bukti terima dibilang 20 hari juga dan tertulis multiple entries. Gue ga inget drama khusus, selain gue harus pake dulu paspornya terus gue balikin lagi (passback passport) untuk apply visa Inggris dalam waktu bersamaan. Semua terdengar menyenangkan, sampe akhirnya gue datang untuk ambil visa tersebut dan BAAAM!

Mana dapet multiple entries. Dapetnya single entry. Waktunya mepet bener. Padahal, dalam waktu 3 minggu antara masukin aplikasi dan tanggal visa jadi, gue menemukan konser Il Volo dan kemudian extend untuk melihat mas-mas itu. Mau marah karena ga sesuai receipt juga ga membuat hidup gue lebih mudah.

Gue inget gue ditemenin Bondan ambil passport, balik-balik rasanya dunia gue runtuh (exaggerated) dan sedih banget. Tapi untuk konser, dengan sabar aku pun... APPLY LAGI.

wa ampe punya quote beginian karna visa

Apply ketiga - May 2017
Masnya udah capek liat gue. Iyalah bolak balik mulu, dari pertama apply, ambil paspor, balikin paspor, ambil visa terus menjelaskan betapa aing maunya stay 20 hari, eh sekarang muncul lagi.

Setelah periksa itinerary baru gue, masnya bilang "Ini mah lu ga usah apply visa baru, kan lu cuma nambah dua hari?"
"Lah, kan dimasa berlaku visa dibilang 11 hari aja terus saya emang perlunya 13 hari?"
"Iya kalo sampe dua minggu ada spare lah, ini kan ada last validity date"
"Mmmm? Tapi disini tertulis 11 hari?"
"Iya cuma lu sayang duit aja kan 60 euro buat apply lagi, toh cuma nambahnya 2 hari."
"Mas bisa ga tolong tulis email yang bilang dua minggu gapapa, terus nanti kalo saya kenapa-napa, saya tunjukkin emailnya?"
"Wah kaga ngaruh. Kan kita kemenlu, tar imigrasi disana kementrian lain lagi. Email kita kaga akan ngaruh apa-apa"

Waduh ngana serius mas, ya nanti kalo aing kena ban atau ketangkep urusan imigrasi tanpa hukum mendasar, gimana ceritanya...

Gue akhirnya bilang, "Gapapa 60 euro gue bayar lagi daripada gue melanggar aturan dan ga bisa balik lagi. I think I bakal sering balik."

Which is true, siapa sangka gue bolak balik terus ke Eropa. Aplikasi diterima, keluar-keluar dibonusin 1 hari jadi 14 hari. Duh, semua demi nonton konser.

Apply keempat - akhir 2017
Ini. Gue stress. Soalnya gue gamau urus visa via Kedutaan Italia lagi nanti masnya bosen, tapi itinerary gue juga ga gitu jelas. Banyak sedih dan keselnya juga soalnya last minute harus ganti sanasini, berhubung tadinya harusnya berdua tapi jadi sendiri.

Akhirnya gue coba lewat Jerman, karena tiket gue emang masuknya lewat Frankfurt. Tantangannya bukan soal siapin requirements, udah apply tiga kali, ga usah liat website juga gue udah apal. Tapi susun itinerarynya itu menguras hati. Gue gatau mau gue apa, kemana. Kalo boleh milih, ya gue mending straight di Italia aja sepanjang trip. Cuma gue udah beli tiket dan penginapan yang lain, jadi wasted kalo ga dipake kan?

Gue mikir berkali-kali uang vs keinginan. Sayang uang tapi bisa explore negara baru, atau ikut keinginan tapi buang-buang uang. Akhirnya ketemu balance diantara keduanya. Ada beberapa tiket yang gue gajadi pake demi lama-lama di Italia. Tapi gue juga bersyukur gue sampe ke Brussels dan dipaksa istirahat di Madrid.

Balik soal apply, super smooth. Cuma ditanya "Marrakesh ini dimana ya?" karena ada jadwal ke Marrakesh dan bukan area Schengen. Schengen via German is my favorite so far. Ga perlu booking online dan konternya juga jelas. Cuma Jerman sih yang  harus taro semua barang di loker, jadi gue sempet harus bolak-balik ke loker karena syarat yang ketinggalan di tas.

Apply kelima - September 2018
Ga pernah gue apply visa segini mepetnya, 16 hari sebelum pergi. Untungnya Tuhan baik, negara tujuannya Switzerland. Syarat dari mereka adalah apply paling lambat 15 hari sebelum pergi. Meski gue udah merasa khatam prosesnya, tapi karena kali ini gue by invitation, gue tetep sempetin liat websitenya. Ternyata mereka minta fotokopi Visa Schengen yang pernah didapat dalam beberapa tahun terakhir dan asuransinya spesifik. Tapi karena semuanya Korean company, gue ga gitu peduliin, soalnya orang Korea kan ga butuh Visa Schengen, so asumsi gue, jualan mereka ya visa buat studi atau long term di Eropa.

Fokus ke proses Schengennya sih nyiapin syarat relatif cepet, berhubung dikejar waktu dan bukan buat jalan-jalan juga. Gue ga terlalu mikirin soal costs, karena biasanya yang lama itu flipping segala website buat cari yang termurah. I stick to Flixbus sama Expedia, cukup.

Pas proses aplikasinya, semua orang udah tau gue Alira dari Indonesia karena gue booking online (ga wajib) dan 1 hari cuma ada 3-4 booking aja. Wow, kedutaannya relax sekali, aku suka.

Proses pengecekan dokumen berlangsung agak lama dan balik-balik, ada dua masalah. Booking bus gue salah tanggal, harusnya Oktober eh malah September. Gapapa, gue sadar saat nunggu dan gue udah beli tiket bus baru. Anggaplah costs ketidaktelitian (meski sebenernya ga rela).
Masalah kedua, mbaknya bilang asuransi gue ga valid. Padahal ini asuransi udah dipake apply visa ke 5 benua, baru sekarang ditolak karena mereka ga punya kantor di Korea...

Beliau pun kasih list asuransi yang diterima oleh Gue pun jujur gue ga pernah beli asuransi dari perusahaan Korea, gue ga familiar dan gue mau beli saat itu juga biar ga sakit kepala. Pas gue buka websitenya, ga ada tuh asuransi Schengen, sesuai perkiraan gue, karena orang lokal ga butuh. Mbaknya bilang, normal overseas trip insurance cukup. Eh tapi masalah klasik, nama gue ga bisa diinput karena kepanjangan buat standar Korea.

Yasudah gue terpaksa beli dari global company yang punya cabang di Korea tanpa mikirin harga dibanding barbie pusing. Harganya dua kali lipat Tokio Marine langganan gue, sigh.

I love applying from Switzerland Embassy karena no queue, cepet jadi dan mbaknya the nicest I've met. Everyone was responsive, but particularly for her, she cared enough to ask and listen to my reasoning on applying for multiple visas, giving real solution and very attentive. She was also very helpful to help me check for the insurance that meets the requirements.

Apply berikutnya, buat Winter 2019?
Mungkin nanti ada cerita apply keenam, ketujuh, kedelapan. Semoga sebelum sampai kesepuluh, gue udah bisa dapet long term visa aja yaaa biar bisa bolak-balik dengan lebih nekad alias last minute. Saat ini, statistik mengatakan gue TIAP vacation ke Eropa. Bahkan ketika tadinya gue kira gue ga akan balik summer ini, ternyata fall diberi rejeki buat balik lagi. Nah, setelah ini, gue punya 3 vacation tersisa. Akankah ada dramanya lagi?

Pesan moral: banyak-banyak bersabar dengan urusan visa. Pengalaman tidak menjamin kelancaran. Abis apply, jangan lupa tidur untuk menebus malam-malam begadang menyusun itinerary.

Sincerely,
dari aplikan yang baru bangun tidur siang 3 jam saking lelahnya