Pages

Saturday, January 14, 2017

The Original Pancake House Seoul

It's been a long time since my last visit to The Original Pancake House. I am actually a big fan of their whipped cream and choco chips pancake. I always miss the American vibe and the welcoming English-speaking staffs. So I decided to bring my international friends to try the legendary pancake today.

As soon as we arrived, I saw this banner.

Strawberry Fiesta
Not an unexpected surprise. Strawberry fever hit Korea every winter and seems like The Original Pancake House could not resist the wave.

Turned out I visited during the lunch rush. We had to wait for 20 minutes and we decided on the four plates we'd have today while waiting. We chose 2 sour and 2 sweet dishes.

It's a FEAAAAST!

The dishes came at the same time, left us wondering, "Could we finish all theseeee?"


Hussaina chose the Strawberry topping with 6 pancakes. I did not try it as I don't like banana. It was KRW 15000.

one of my fav
Piling listened to my advice and picked the Country Fried Chicken. It's boneless American-style fried chicken with gravy and french fries. They put salt on it, making it even more-American. (I swear I never use salt on my fries and chicken before). This was KRW 17,000.

Now my choice. It was Hash Potato with Eggs. They have 5 kinds of eggs. Scrambled, sunny side up, over medium, over hard, and one more style that I couldn't catch. I went with scrambled eggs. It also came with 3 pancakes and buttermilk. This was priced KRW13,000.

Hash potato and french toast
The last one was Lisa's pick. She ordered French Toast and it was phenomenal! I think it was my new favorite. It was soft, not too sweet and the way they cooked it was just right. The jam was okay, the buttermilk did not go well with it, I prefer to have it plain. It costs KRW9,000.

We spent about 2 hours catching up and enjoying our meals. We haven't met each other for almost a year and it was really nice meeting them! When we were about to pay, I notice the classic American touch they put around the register.



the classic phone
It is always a very nice visit and I would definitely come back again!
They should hire me as their marketing strategist but their Business Playbook says, "Never advertise".

Oh well, they hit it right. I am doing the word-of-mouth marketing on behalf of them :))))



Thursday, January 12, 2017

1000 Hari Tenggelamnya Sewol

Mungkin lo tau atau gatau kalo ditahun 2014 ada tragedi kapal feri tujuan Jeju yang tenggelam di Korea. Penyebab tenggelam, kenapa dan gimana silahkan cari sendiri. Yang gak banyak orang tahu adalah ada 9 badan yang gak ditemuin atau terperangkap di kapal. Demi 9 badan itu, protes berlangsung selama bertahun-tahun.

Gue kira, "jir lebay amat, kalo kecelakaan pesawat juga gak bisa nuntut kek gitu"
Sebagai orang Indonesia yang terbiasa denger berita pesawat jatuh, kapal tenggelam, bis masuk jurang, bencana ini cuma satu diantara banyak kecelakaan yang pernah gue denger. Buat Korea, ini masalah besar yang mencoreng sejarah.

Korbannya ratusan siswa yang mau piknik. Tapi ternyata, itu cuma sebagian dari masalah yang ada soal misteri tenggelamnya kapal Sewol ini.

Respon pemerintah dianggap sangat lambat dan berkontribusi buat makan korban lebih banyak.
Udah lebih dari 1000 hari sejak kapal ini tenggelam, alias hampir 3 tahun, tapi masih ada grup yang setia buka stand di Gwanghwamun, plaza tersentral di Seoul, tiap hari. Konon mereka orang tua dari korban.

Awalnya, tuntutan mereka selama setahun pertama adalah buat pemerintah untuk ngangkat bodi kapal Sewol ini dari dasar laut. Pemerintah nolak dong, mahal dan susah. Gue rasa logis juga. Inget tragedi Adam Air? Apa ceritanya kalo keluarga penumpang nuntut pemerintah buat ngambil bangkai pesawatnya, disaat ngambil blackbox aja biayanya udah melambung?

Eh tapi akhirnya dilaksanain juga. Tuntutannya melebar. Masih ada hal-hal yang HARUS diklarifikasi.


Gue sendiri baru sadar kalo udah lebih dari 1000 hari karena gue liat poster ini di stasiun subway.

Lo mungkin ngikutin kalo di Korea lagi gencar banget protes pemerintah. Nah, Sewol masuk ke dalam salah satu penyebab dan tuntutan demo yang dibawa. Presiden sempet hilang selama 7 jam dihari kejadian kecelakaan. Well, gue pikir, apa hubungannya? Kenapa semua salah Presiden? Capek amat jadi Presiden?

Bukannya anggap sepele. Tapi coba ada feri tenggelam di laut Jawa, kaya waktu arus mudik. Terus apa Presiden kita langsung tau? Biasanya kan engga. Nah, yang gue pahami di Korea ada sistem hirarki. Konon, bantuan SAR ga bisa langsung bergerak karena belom ada perintah dari Boss besar. Jadi respon SOS tunggu perintah Boss, dan Bossnya gatau kemana. Semacam itu.

Pesan yang dibawa adalah: Jangan lupa.

Jangan lupa dan jangan ulangi tragedi ini.

Rumah untuk Generasi Muda

Sejak gue nulis seri Korea Public Sign, gue baru sadar ternyata Seoul (atau Korea) punya banyak banget iklan layanan publik dan isinya seru-seru. Kemaren gue nemuin ini, dan sejujurnya, gue ga gitu paham isinya apa selain policy untuk anak muda.

Cuma ukurannya terlalu gede buat dilewatkan.

Ada kata anak muda, jadi somehow tertarik
Baru gue terjemahin, ternyata ini policy perumahan terbaru untuk bantu anak muda bisa dapet rumah di deket stasiun subway dengan harga yang masuk akal. Gila, sebenernya gue gapaham juga kenapa perlu policy kaya gini.

Sebagai background, di Korea emang ada trend lebih banyak orang yang keluar alias pindah dari Seoul daripada yang masuk Seoul. Ini dikarenakan sewa rumah di Seoul yang gamasuk diakal. Mahal banget terus tahun lalu gue sempet baca, anggap lo nabung 100% gaji rata-rata lu buat beli rumah, ga ada keluar uang buat makan, transport atau apapun, baru bisa beli rumah di Seoul setelah 12 tahunan.

Astaga kalo nikah, anak udah SMP lagi...

Kos-kosan gajauh beda. Kamar di sekitar univ gue rata-rata sebulan 500 ribuan alias 6 jutaan sebulan. Sedangkan di Indonesia, itu gaji fresh graduate di kota-kota pulau Jawa. Makan apa? Transport gimana?

Alhasil banyak orang yang bela-belain tinggal jauh dari kantor atau sekolah, demi cari yang lebih murah. Cuma ini kan ga sehat dan buang-buang waktu, jadi capek dijalan. Gue di Bogor tinggal 30 menit dari sekolah dan naik angkot tinggal duduk dari depan rumah sampe depan sekolah aja masih pengen sekolah yang ada di depan komplek... 


Katanya, ini ditujukan buat mahasiswa, orang-orang yang baru masuk ke society (ini agak awkward dibahasa Indoin, tapi maksudnya generasi yang baru tau dunia setelah seumur hidup sekolah doang) dan pasangan yang baru nikah. Intinya adalah pengembangan perumahan murah yang bagus (re:layak) buat dihuni.

Kapan nih? Sayangnya gak sekarang... Ini program buat tahun 2030...
Dibanding sad, gue lebih tertarik sama line kecil kedua dibawahnya. Pemerintah Seoul mau ngembangin budaya carsharing (bukan ridesharing kaya Uber ya! Gue baru belajar nih!), jadi di perumahan itu nanti targetnya ga ada mobil. Mereka mau ngembangin ekonomi daerah lewat komunitas anak muda. Menarik juga.

Selain itu, disebut juga kalo bakal ada kemudahan atau deregulasi buat pelaku bisnis atau entrepreneur muda sebagai part dari benefit policy ini. Wey, rada jauh.


Nah, pusing kan kalo ngomongin policy secara teknis. Mending ngomongin impact yang diharapkan.

Si mbak yang pertama bilang, karena beban sewa rumah berkurang, jadi bisa fokus belajar.
Mas kedua bilang, karena rumah deket stasiun, berangkat dan pulang kerja jadi nyaman.
Pasangan yang terakhir bilang, di Seoul bisa mulai atau bangun 'My Home' tanpa beban.

Pengen tinggal di Seoul? Pikir lagi.