Pages

Friday, April 12, 2024

2nd Visit to Marrakesh: A Busy Place to Chill

Gue memutuskan untuk ke Marrakesh lagi, karena kali ini ada temennya. Ga lama-lama, 5 hari 4 malam. Seperti biasa, gue memilih untuk terbang ke Eropa dulu, baru kemudian naik penerbangan murah atau low cost ke Marrakesh.

Tujuan ke Marrakesh kali ini mau chill. Ga ada alasan lain. Mau santai aja. Lagi bulan puasa juga, ga bisa ambis (lebih baik jangan). Gue pergi bertiga, dengan 2 teman yang tinggal di Swedia. Mereka belum pernah ke Marrakesh, mereka good trip planners dan mereka laki-laki. Gue ga peduli gender, tapi kalo ke Arabic speaking country, pergi sama grup yang ada laki-lakinya JAUH lebih aman. Ini berdasarkan pengalaman pribadi ke beberapa negara.

PLANNING

Dimulai dari menentukan tanggal dan beli tiket. Grup gue pilih weekend pas Paskah, untuk menghemat cuti. Tiket urus masih-masing, pokoknya janjian ketemu di Marrakesh tanggal 29 Maret dan pulang 2 April. Gue beli tiket 28 Maret-3 April, karena mau punya jeda dan istirahat. Istirahat jadi aspek penting, soalnya 2023 gue kaya sprint dikejar-kejar jadwal. 

Eh tiket Marrakesh-Milan 2 April mahal banget. Gue akhirnya beli tiket 1 April, karena ga rela bayar tiket low cost yang separuh dari tiket antar benua gue. Plot twist, ternyata Morocco ganti timezone jadi GMT (dari GMT+1) saat bulan puasa. Airlines gue belum edit jadwal sesuai timezone baru. Jadi gue terima notifikasi 'RESCHEDULE' keberangkatan jam 08:45 jadi jam 07:45, dengan jadwal ketibaan yang sama. Ya sebenernya jamnya gak ganti sih. Cuma mereka menawarkan ganti penerbangan gratis. Alhasil gue tetep bisa terbang sesuai jadwal, tanggal 2 April, dengan harga yang jauh lebih murah.

Gue gak ikut andil dalam memilih penginapan, gue serahkan ke dua teman yang lebih bertalenta sebagai planner. Biasanya mereka akan plan sampe ke itinerary, tapi kali ini free n easy.

Maroko TIDAK perlu visa. Tapi banyak airlines staff di Eropa yang ga familiar akan hal ini. Traveler berkewarganegaraan Indonesia dari Eropa kan ga banyak ya. Jadi setiap gue mau ke Maroko, memang selalu 'menunggu' konfirmasi berlapis saat check in, untuk memastikan bahwa gue legal. Selalu ditanya visa mu mana tiap ketemu petugas. Pede aja jelasin WNI ga butuh visa. Mereka ngeyel dikit gapapa, memang gatau dan ga biasa aja.

Hal penting berikutnya soal cash. Maroko punya mata uang sendiri, Moroccan Dirham. Paling baik untuk tarik tunai di bank atau ATM Al Barid karena tidak dikenakan fee penarikan, jumlahnya udah ditentukan - 100, 200, 300, 500, 1000 atau 2000 dirham. Bank lain bisa, cuma ada charge dari bank operator dan bank yang lu gunakan. Mau tukar dari USD, EUR, atau GBP bisa juga. Cuma gue lebih sarankan tarik tunai untuk alasan rate yang lebih kompetitif (meski setelah dikenakan charge 25ribu dari bank gue, Jenius). Jujur, gue sendiri gak terbiasa tarik tunai di negara asing. Tapi no choice. Cash is a must di Maroko.

MEDINA - The Basic



Mayoritas pelancong tinggal dan beraktivitas di area Medina. Medina ini... penuh banget. Segala jenis aktivitas ada disini. Jadi Medina tuh bukan buat turis doang. Warga pun lahir, tinggal, kerja disini. Gak suka keramaian? Bisa banget tinggal diluar 'tembok' Medina. Di sekitar Menara Mall misalnya.

Tapi ya pilihan penginapannya lebih dikit, lebih mahal, dan lebih jauh untuk akses ke tempat wisata dan lokasi mayoritas tempat makan. Gue selalu nginep di area Medina sih. Jalan di Medina mayoritas gang kecil. Orang harus 'duel' sama gerobak, motor, dan segala jenis kekisruhan dunia lainnya.




Jalan di Medina ga bisa tenang. Alley di sebelah kiri udah 'damai' banget rasanya karena space buat orangnya cukup gede,  ga dipenuhi dagangan. Giliran sepi banget, rasanya ga tenang juga sih. Soalnya takut di gang up sama scammers lokal.

jalan besar di Medina



DAY 1 - ARRIVAL

Gue nyampe pas Maghrib. Cuma sempet dinner. First impression: ga berubah. Masih messy.
Total dinner + Moroccan mint tea 70 dirham atau 105ribu
Tajine Vegetarian

Gue nginep di airbnb yang letaknya di Medina. Seperti biasa, penginapan-penginapan di Marrakesh banyaknya di gang yang ga bisa diakses mobil. Motor bisa sih, tapi yaaa messy sekali. Sebuah tips: PASTIKAN penginapan yang dipilih punya AC dan heater. Karena Marrakesh ini kan gurun. Jadi kalau dingin, bisa dingin banget. Kalau panas, ekstrim dan kering. First visit, gue lupa mengecek ini dan alhasil gue membeku.

kamar gue dengan estetik lokal dan AC/heater


DAY 2 - VISIT TO BAHIA PALACE, KOUTUBBIA




Bahia Palace super CROWDED. Gue pernah kesini tahun 2018 dan gue suka sekali interiornya. Kali ini, masih indah, tapi crowded banget. Entrance fee 70 dirham rasanya worth it kalau bisa enjoy sepenuhnya. Datanglah SEPAGI MUNGKIN.

Foto Bahia Palace diatas diambil oleh Ko Victor, temen yang traveling bareng gue kali ini. Susah untuk cari 'empty corner' seperti di foto ya. Aslinya PENUH orang semua. 

Koutubbia Square, menjelang Maghrib

Koutubbia ini masjid iconic. Maroko adalah negara yang mayoritas penduduknya Muslim dan berbahasa Arab/Perancis. Cuma masjid mereka ga berkubah, jadi banyak masjid yang gak kelihatan seperti masjid. Beda dengan Koutubbia yang punya tower dan memang iconic. Buat visitor non-Muslim, gue menyarankan untuk menikmati Koutubbia dari rooftop cafe di sebrangnya. Sedikit lebih mahal, tapi ga overpriced kok.

dari salah satu rooftop cafe


Nah sebuah catatan kalau jam buka puasa, mereka stop masak. Gamau terima order. Order baru diproses 20 menit setelah adzan Maghrib. Orang sini ga ada budaya bukber kayanya. Kehidupan baru ramai lagi setelah jam tarawih.

DAY 3 - OURIKA VALLEY, ATLAS MOUNTAIN




I loved it! Tiba-tiba hiking kecil di benua Afrika, tanpa rencana. Happy karena pengalaman baru dan udaranya sejuk, jadi ga terlalu sulit. Tripnya ini mesti keluar kota, so gue ikut group trip yang di arrange sama airbnb gue. 400 dirham per orang, kalau pake Euro harganya 36 euro. Full day, include a very fulfilling lunch yang ga bisa gue coba karena lagi puasa. Value for moneynya oke sih.

Ada shopping stop ke tempat kerajinan tanah liat dan industri argan oil yang diprakarsai wanita. Gue ga tertarik sama industri tanah liatnya, tapi gue suka sama cara mereka jualan di center argan oil. Mahal, karena banyak komisi yang harus dibayarkan sana sini. Gue tetep beli, karena gue merasa sesinya menarik dan produknya punya value. Gue spend 300 dirham untuk 2 produk. Kalau beli di kota, rasanya bisa lebih murah 20-30%. Gue sadar ini saat beli, tapi tetep beli.

curugnya so smoll
muka lagi antri mau naik


Perlu diingat, pegunungan Atlas ini besar sekali areanya. Quick visit dari tour yang gue ikuti fokus sama Ourika Valley dan hiking ke 1 curug. Curugnya... Bagusan curug di Sentul dah. Kecil banget. Cuma perjalanan menuju curugnya memang cukup enjoyable dan rapi. Butuh sekitar 1 jam, terrain berbatu. Beberapa spot cukup licin dan terjal. Tapi semua grup harus dilengkapi oleh guide kok. Guide tentu sudah include di paket.

DAY 4 - JARDIN MAJORELLE, MEDERSA BEN YOUSSEF



Jardin Majorelle ini icon Marrakesh yang letaknya sedikit di luar Medina. Gue udah pernah kesana. Cantik, tapi ya super 'eksklusif'. Entrance feenya mahal banget. Cuaca di pagi saat gue berkunjung gerimis mendung. Gapapa sih, cuma jadi lebih dingin aja.

Photo spot di lantai 2 Medersa Ben Youssef

Gue pertama kali ke Medersa Ben Youssef, bangunan bekas madrasah bersejarah. Cantik banget dan terjaga dengan baik. Entrance fee 50 dirham atau sekitar 80 ribu. Lokasinya sangat sulit ditemukan karena ada di tengah-tengah Medina dan dalam gang gitu. Gue inget gue sempet mau visit dulu tapi ga jadi karena ga bisa nemuin, yang ada malah kena scam. Kali ini, gue pergi sama Ko Victor jadi bisa lebih sabar dan gigih dalam mencari spot.

Medersa Ben Youssef lebih bagus dalam video, so gue buat ulasannya di tiktok aja ya.

DAY 5 - DEPARTURE

Flight gue jam 7.45 pagi, jadi gue harus meninggalkan penginapan sangat early. Gue pilih pake shuttle yang di arrange airbnb, tapi harganya mahal karena sebelum jam 8 pagi. Harusnya 15 euro, jadi 20 euro. Okelah, yang penting ga ketinggalan pesawat dan AMAN.


Pengeluaran Utama

Tiket multi-city (CGK-CDG, MXP-CGK) IDR 9.5 juta
Tiket easyjet Paris-Marrakesh 100 euro no bagasi
Tiket RyanAir Marrakesh-Milan with bagasi 100 euro, incl one-way airport transfer
Airport Transfer Marrakesh 20 euro
Shuttle Paris PP 8 euro
Hotel Paris 51 euro
Malpensa Express Milan PP 26 euro
Tiket 1 day transport Milan 7.6 euro
Penginapan 4 malam di Marrakesh 1.4 juta rupiah

So basic expenses untuk transport dan akomodasi total 10.9 juta rupiah + 312.6 euro. Kalau kurs euro 17,000 berarti totalnya 16.2juta. Yang belum gue itung tuh makan, jajan, dan tiket masuk wisata. Totalnya kurang dari 4 juta sih. Berarti total 20 juta untuk all expenses. Ini trip long weekend Paskah.

Bisa lebih murah gak kalau terbang langsung ke Marrakesh? Bisa. 
Gue gak ambil opsi ini karena kalo gue kelamaan di Marrakesh sendiri, gue ga ada temen. Gue gak berani. Marrakesh ini cukup 'wild', apalagi buat cewe. Banyak scam dan catcalling. Scamnya tuh dimulai dari disapa, lalu menawarkan bantuan. Eh taunya lu dipalak. Atau lu dijebak, ditunjukkan arah yang salah (Medina sulit sekali dinavigasi), kalo lu mau 'keluar', harus bayar.

Gue ga punya kesabaran hati dan kekuatan untuk dealing sama hal-hal yang bikin stress. Jadi gue arrange flight ke Eropa aja, lalu match jadwal sama my traveling partners. Alasan lainnya juga karena tiket long weekend ke Eropa saat gue beli terbilang ok (dibawah 10 juta PP). Yang mahal sih ternyata tiket lowcostnya ya. Harusnya bisa separuh harga, cuma karena lagi easter weekend, jadi melambung.

FINAL VERDICT?

Morocco is BEAUTIFUL. Makanan vegetarian lokalnya juga enak-enak. Gue mau banget balik lagi ke kota lain, eksplor bagian lain. Indah dan budget friendly kalau dibandingkan dengan Eropa. Sektor tourismnya juga udah cukup ready. Tapi gue masih belum siap mental kalau solo trip sendiri. Service mereka jauhhh dibandingkan dengan Asia Tenggara, apalagi Indonesia yang super ramah.

Gue bisa rekomen Morocco untuk dieksplor sendiri kalau budgetnya besar alias luxury trip sekalian. More money most likely artinya better service. Belum pernah coba juga sih :P
Kalau mau hemat, rasanya kurang nyaman.

Marrakesh, apalagi Medina, sangat sibuk, ramai dan crowded. Tetep bisa kok traveling santai, jalan kaki di sekitar kota aja. Gue dan teman-teman gue merasa Morroco is a great place to chill yang dekat dari Eropa. Ada bedanya gak visit di bulan puasa? Jujur, hampir ga ada. Marrakesh ready buat turis yang mayoritas European. Tetep bisa cari makan siang-siang. Toko ga tutup, kecuali di jam Maghrib, Itupun sesaat. Jadi lebih banyak pasar takjil aja, cuma yang dijual ya jelas takjil atau manisan ala Arab ya.

Semoga bisa balik untuk eksplor bagian lain dari Maroko!

Sunday, July 7, 2019

Instant K-Beauty: V-Line

Udah bukan rahasia lagi kalo ada banyak banget trend aneh-aneh dari kecantikan Korea. V line lah S line lah... Semua dibikin line. Terus obsesi soal double eyelid juga ga ada abisnya.

Gue bukan orang yang peduli dengan kecantikan, gue juga takut dengan operasi plastik apalagi kalo harus mengikis dagu buat V Line. Tapi gue ngamatin perkembangan trend kecantikan di Korea, sampe akhirnya gue kerja di dunia kecantikan ini.

Sejak kerja disitu, ada banyak insiders' tips yang gue mau bagiin. Contohnya mask pack dan krim-krim muka itu kebanyakan chemical jadi efeknya minim banget. Bisa dibuat lebih kuat, tapi nanti perusahaan kosmetiknya rugi. Jadi dari pengalaman gue, mending lu treatment 2x setaun terus pake skin care yang biasa-biasa aja. Pernah tahu V-Line mask? Itu juga efeknya singkat banget karna kulit lu susah berubah teksturnya dgn treatment dari luar gitu... Ya beauty is pain, beauty is effort cyin.

Nah soal V-Line, gue baru tau treatment di Korea lagi ngehits banget yaitu: SHURINK!

Pernah denger?

Gue juga baru denger pas ke klinik kecantikan... Ini apaan sih?

Hmm bahasa manusianya sih laser buat efek lifting alias ngencengin muka. Ada juga temennya, Ulthera dari Amrik, tapi lebih mahal. Jadi Shurink asli Korea ini lebih laku. Nonton video Jang Teacher nyobain Shurink disini. (Wassup Man fans mana suaranyaaaaa?)



Ternyata harganya ga mahal-mahal banget. Definitely worth dicoba.

Bentar, ini apa sih sebenernya? Bahasa akademis gue kayanya ketinggian, jadi cobain aja baca diblog kantor aing disini. Prosesnya kurang dari setengah jam sih tapi lu harus diolesin numbing cream alias krim anastesia dulu, biar ga sakit. Setelah krim anastesianya bekerja, dokter bakal melakukan prosedur Shurinknya sesuai dengan jumlah shots yang diminta pasien. Namanya laser, cukup kuat menembus kulit dan cuma dokter kulit yang bisa melakukan prosedurnya. Habis prosedur boleh langsung pake make up!

Ngapain orang Shurink?

Shurink ini salah satu cara ampuh buat V-Line instan. Mau cewe mau cowo, semua suka V-Line. Efeknya bertahan 3-4 bulan kalo lu ga mendadak binge eating terus makan berlebihan. Ya kalo abis Shurink terus gain 10kg, mon maap efeknya lebih keliatan yang 10kgnya...

Anyway, buat mbak-mbak tante-tante yang jarang ke Korea, kan susah buat Shurink sering-sering, lebih bagus kalo dicombine sama Liftox. Liftox tuh Lifting Botox, bahasa promosi banget kan! Lu mungkin tau artis-artis Hollywood korban botox berlebihan terus mukanya kaku-kaku... Nah kalo si Liftox ini ga bikin muka kaku atau ga natural. Tetep natural dan pastinya efek liftingnya kentara.

Mau nyobain? Boleh banget. Link promonya disini buat bulan juni pake kode ANDINI. Bukan Alira soalnya Alira belom jadi beauty blogger and masih fokus jadi anak bisnis aja. Lu kalo konsultasi lewat line resmi kantor, bisa gue kasih service yang sangat menggoda yaitu: free interpretasi Bahasa Indonesia oleh Alira selama bulan Juli!

Check beauty.jivaka.care buat klinik-klinik terpercaya dan harga transparan. Kalo lo kepo trend-trend lainya, follow instagramnya di @jivaka.care ya!

Tuesday, November 6, 2018

Yeosu: Kota yang Jarang Terdengar

Mungkin karena selalu tertarik dengan air, gue udah lama pengen ke Yeosu. Baru kesampean bulan Juli 2018. Bagi yang belom tau, Yeosu adalah kota pelabuhan di provinsi Jeolla Selatan (Jeollanamdo). Salah satu yang ujung nih, kaya Busan dan Tongyeong.

Nah ada apa sih di Yeosu selain pantai dan laut?


Susah jawabnya karena terkenalnya dengan island hopping. Suasana kotanya sendiri sebenarnya cukup damai, tapi cenderung masih tradisional. Perlu diingat, Yeosu bukanlah kota kecil. Jadi berkeliling Yeosu gak gampang karena ada banyak sudut kotanya. Gue nginep sampe 3 hari biar puas, tapi ternyata tetep ga puas.


Bagian terbaik dari Yeosu 'konon' ada didekat Yeosu EXPO. Yeosu EXPO adalah venue pameran internasional tahun 2012, tapi pameran kaya apa gimana, gue ga gitu jelas juga. Gue kesana dipuncak liburan musim panas tapi semua sepi.

Highlight: Dolsandaegyo Bridge
Gue ga bisa hiking karena perginya sama temen-temen yang ga kuat jalan kaki. So opsi island hopping pun hilang dan diganti full city tour. Highlightnya menurut gue adalah Dolsan Park, Dolsandaegyo Bridge dan Night City Tour.


Gue ke Dolsan Park sore-sore dengan naik bus city tour dan gue sangat puas dengan view dan landscapenya.

Night City Tour
City Tournya menyenangkan karena kita bisa keliling Yeosu dengan mudah. Seperti yang gue bilang, Yeosu ini gede banget. Ada beberapa stop untuk foto dan menyesuaikan cuaca. Saat itu, gue dapet cuaca yang super buruk karena hujan angin ditengah-tengah. Tapi tetap enjoy sih. Guidenya cukup informatif tapi hanya dalam Bahasa Korea. Bahasa Inggrisnya minim tapi wajar, karena hanya gue dan teman-teman gue foreigner malam itu. Padahal weekend loh. 

Bagaimana cara ke Yeosu?
Naik KTX dari Seoul Station ke Yeosu EXPO. Bisa dicoba menginap semalam di daerah Expo dan kemudian pindah ke arah City Hall.

[AKAN DIUPDATE]


Wednesday, October 3, 2018

Damainya Danau Como

Gue baru #ExploreItalia lagi dan gue menemukan mutiara baru: Lake Como. Gue adalah pecinta air dan Februari kemaren gue kepincut sama Lake Garda. Ternyata secara view, Lake Como jauh lebih cantik. Meski kalau secara hati, gue lebih cocok sama Lake Garda.

Lake Como ini... LUAS banget. Ga bercanda, kita ga bisa bilang "Mau ke Danau Como" karena pasti ada lanjutannya: danau sebelah mana?


Kesalahan gue adalah gue buta dan kurang riset soal 'sebelah mana'. Gue asal dapet penginapan rating tinggi harga murah, gue ambil. Ternyata sampailah gue ke Dervio, deket Bellano dan Varenna - area tengah Danau Como. Ga ada yang salah dari Dervio selain ga ada apa-apa. Kotanya kecil banget dan gue sampe sana hari Rabu, yang mana toko-toko katanya tutup hari Senin dan Rabu.


Besoknya baru gue ke Varenna, Bellagio dan Cadenabbia dengan pass 1 hari seharga 15 Euro. Baru deh ketauan pesona asli si Lake Como ini.

View dari ferry
Gue juga sempet lunch terbaikkk di Hotel Belvedere Bellagio. Kenyang dan puas duduk 3 jam liat view yang luarrr biasa bermodal 29 Euro.

All in all, Danau Como cocok untuk pecinta view air dan gunung kaya gue. Lebih cocok lagi buat honeymoon atau relaxing day karena damai dan gak terlalu banyak hingar bingar. Atau untuk sekedar pelarian, seperti yang gue lakukan.

(ditulis dengan setengah sadar makanya infonya tidak terlalu detail dan berfaedah)

Tuesday, September 4, 2018

Drama Urus Visa Schengen dari Korea

Hari ini gue baru beres masukin aplikasi Visa Schengen dari Seoul untuk yang kelima kalinya dalam kurang dari dua tahun. Sekali apply keluar 60 euro, jangan ingatkan itu berapa rupiah, nanti gue sedih. Masih lebih murah dari sekali apply visa Inggris yang berlaku dua tahun + express, tapi ternyata gue ke Inggris baru sekali dalam 1.5 tahun. Yak.

Terima kasih Tuhan, gue masih sabar dan gak nangis. Gue bersyukur dan selalu senang untuk kembali ke Italia. Yes, tiap perjalanan gue ke Eropa, gue pasti ke Italia. Meski begitu, gue terus bertanya, "Ini sampe lulus, asumsi setaun dua kali ke Eropa, jadi bisa 8 halaman paspor abis buat Schengen kayanya."

Perlu diketahui, gue butuh waktu berhari-hari untuk menyiapkan itinerary karena gue biasanya punya keinginan ke kota aneh-aneh, tapi modal ga banyak jadi harus sabar-sabar cari. Yang terlama tentu yang pertama, plus yang keempat karena sekalian lewat Srilanka dan Maroko. Random banget kan?

Apply pertama - Januari 2017
Masih super newbie, hanya berbekal "requirements" yang dipost Kedutaan Italia di Seoul diwebsite mereka. Ternyata salah semua, super ga lengkap. Alhasil gue bolak-balik ke tukang foto, bank, tukang print. Datang dapat antrian pertama, pulang sebagai aplikan terakhir. Selama itu.

Capek banget, tapi rasanya terlalu excited buat mengeluh atau marah. Gue masih menganggap prosesnya lebih menyenangkan selain fakta bahwa ini semua bisa diantisipasi kalo "websitenya udah kita minta update, tapi dari kementerian belom diupdate juga tuh."

Apply kedua - April 2017
Udah lebih santai, demi Tiziano Ferro. Semua udah ready. Smooth. Dapet bukti terima dibilang 20 hari juga dan tertulis multiple entries. Gue ga inget drama khusus, selain gue harus pake dulu paspornya terus gue balikin lagi (passback passport) untuk apply visa Inggris dalam waktu bersamaan. Semua terdengar menyenangkan, sampe akhirnya gue datang untuk ambil visa tersebut dan BAAAM!

Mana dapet multiple entries. Dapetnya single entry. Waktunya mepet bener. Padahal, dalam waktu 3 minggu antara masukin aplikasi dan tanggal visa jadi, gue menemukan konser Il Volo dan kemudian extend untuk melihat mas-mas itu. Mau marah karena ga sesuai receipt juga ga membuat hidup gue lebih mudah.

Gue inget gue ditemenin Bondan ambil passport, balik-balik rasanya dunia gue runtuh (exaggerated) dan sedih banget. Tapi untuk konser, dengan sabar aku pun... APPLY LAGI.

wa ampe punya quote beginian karna visa

Apply ketiga - May 2017
Masnya udah capek liat gue. Iyalah bolak balik mulu, dari pertama apply, ambil paspor, balikin paspor, ambil visa terus menjelaskan betapa aing maunya stay 20 hari, eh sekarang muncul lagi.

Setelah periksa itinerary baru gue, masnya bilang "Ini mah lu ga usah apply visa baru, kan lu cuma nambah dua hari?"
"Lah, kan dimasa berlaku visa dibilang 11 hari aja terus saya emang perlunya 13 hari?"
"Iya kalo sampe dua minggu ada spare lah, ini kan ada last validity date"
"Mmmm? Tapi disini tertulis 11 hari?"
"Iya cuma lu sayang duit aja kan 60 euro buat apply lagi, toh cuma nambahnya 2 hari."
"Mas bisa ga tolong tulis email yang bilang dua minggu gapapa, terus nanti kalo saya kenapa-napa, saya tunjukkin emailnya?"
"Wah kaga ngaruh. Kan kita kemenlu, tar imigrasi disana kementrian lain lagi. Email kita kaga akan ngaruh apa-apa"

Waduh ngana serius mas, ya nanti kalo aing kena ban atau ketangkep urusan imigrasi tanpa hukum mendasar, gimana ceritanya...

Gue akhirnya bilang, "Gapapa 60 euro gue bayar lagi daripada gue melanggar aturan dan ga bisa balik lagi. I think I bakal sering balik."

Which is true, siapa sangka gue bolak balik terus ke Eropa. Aplikasi diterima, keluar-keluar dibonusin 1 hari jadi 14 hari. Duh, semua demi nonton konser.

Apply keempat - akhir 2017
Ini. Gue stress. Soalnya gue gamau urus visa via Kedutaan Italia lagi nanti masnya bosen, tapi itinerary gue juga ga gitu jelas. Banyak sedih dan keselnya juga soalnya last minute harus ganti sanasini, berhubung tadinya harusnya berdua tapi jadi sendiri.

Akhirnya gue coba lewat Jerman, karena tiket gue emang masuknya lewat Frankfurt. Tantangannya bukan soal siapin requirements, udah apply tiga kali, ga usah liat website juga gue udah apal. Tapi susun itinerarynya itu menguras hati. Gue gatau mau gue apa, kemana. Kalo boleh milih, ya gue mending straight di Italia aja sepanjang trip. Cuma gue udah beli tiket dan penginapan yang lain, jadi wasted kalo ga dipake kan?

Gue mikir berkali-kali uang vs keinginan. Sayang uang tapi bisa explore negara baru, atau ikut keinginan tapi buang-buang uang. Akhirnya ketemu balance diantara keduanya. Ada beberapa tiket yang gue gajadi pake demi lama-lama di Italia. Tapi gue juga bersyukur gue sampe ke Brussels dan dipaksa istirahat di Madrid.

Balik soal apply, super smooth. Cuma ditanya "Marrakesh ini dimana ya?" karena ada jadwal ke Marrakesh dan bukan area Schengen. Schengen via German is my favorite so far. Ga perlu booking online dan konternya juga jelas. Cuma Jerman sih yang  harus taro semua barang di loker, jadi gue sempet harus bolak-balik ke loker karena syarat yang ketinggalan di tas.

Apply kelima - September 2018
Ga pernah gue apply visa segini mepetnya, 16 hari sebelum pergi. Untungnya Tuhan baik, negara tujuannya Switzerland. Syarat dari mereka adalah apply paling lambat 15 hari sebelum pergi. Meski gue udah merasa khatam prosesnya, tapi karena kali ini gue by invitation, gue tetep sempetin liat websitenya. Ternyata mereka minta fotokopi Visa Schengen yang pernah didapat dalam beberapa tahun terakhir dan asuransinya spesifik. Tapi karena semuanya Korean company, gue ga gitu peduliin, soalnya orang Korea kan ga butuh Visa Schengen, so asumsi gue, jualan mereka ya visa buat studi atau long term di Eropa.

Fokus ke proses Schengennya sih nyiapin syarat relatif cepet, berhubung dikejar waktu dan bukan buat jalan-jalan juga. Gue ga terlalu mikirin soal costs, karena biasanya yang lama itu flipping segala website buat cari yang termurah. I stick to Flixbus sama Expedia, cukup.

Pas proses aplikasinya, semua orang udah tau gue Alira dari Indonesia karena gue booking online (ga wajib) dan 1 hari cuma ada 3-4 booking aja. Wow, kedutaannya relax sekali, aku suka.

Proses pengecekan dokumen berlangsung agak lama dan balik-balik, ada dua masalah. Booking bus gue salah tanggal, harusnya Oktober eh malah September. Gapapa, gue sadar saat nunggu dan gue udah beli tiket bus baru. Anggaplah costs ketidaktelitian (meski sebenernya ga rela).
Masalah kedua, mbaknya bilang asuransi gue ga valid. Padahal ini asuransi udah dipake apply visa ke 5 benua, baru sekarang ditolak karena mereka ga punya kantor di Korea...

Beliau pun kasih list asuransi yang diterima oleh Gue pun jujur gue ga pernah beli asuransi dari perusahaan Korea, gue ga familiar dan gue mau beli saat itu juga biar ga sakit kepala. Pas gue buka websitenya, ga ada tuh asuransi Schengen, sesuai perkiraan gue, karena orang lokal ga butuh. Mbaknya bilang, normal overseas trip insurance cukup. Eh tapi masalah klasik, nama gue ga bisa diinput karena kepanjangan buat standar Korea.

Yasudah gue terpaksa beli dari global company yang punya cabang di Korea tanpa mikirin harga dibanding barbie pusing. Harganya dua kali lipat Tokio Marine langganan gue, sigh.

I love applying from Switzerland Embassy karena no queue, cepet jadi dan mbaknya the nicest I've met. Everyone was responsive, but particularly for her, she cared enough to ask and listen to my reasoning on applying for multiple visas, giving real solution and very attentive. She was also very helpful to help me check for the insurance that meets the requirements.

Apply berikutnya, buat Winter 2019?
Mungkin nanti ada cerita apply keenam, ketujuh, kedelapan. Semoga sebelum sampai kesepuluh, gue udah bisa dapet long term visa aja yaaa biar bisa bolak-balik dengan lebih nekad alias last minute. Saat ini, statistik mengatakan gue TIAP vacation ke Eropa. Bahkan ketika tadinya gue kira gue ga akan balik summer ini, ternyata fall diberi rejeki buat balik lagi. Nah, setelah ini, gue punya 3 vacation tersisa. Akankah ada dramanya lagi?

Pesan moral: banyak-banyak bersabar dengan urusan visa. Pengalaman tidak menjamin kelancaran. Abis apply, jangan lupa tidur untuk menebus malam-malam begadang menyusun itinerary.

Sincerely,
dari aplikan yang baru bangun tidur siang 3 jam saking lelahnya

Friday, July 13, 2018

Nongkrong di Tangki Minyak

Gue nemuin gem baru di Seoul yaitu Tangki Minyak di Mapo-gu.


Long story short, mending lu tonton dulu video singkat gue disana. Maklumin barbie yang males ngedit, intinya ingin menyampaikan bahwa tempat ini super keren. Pemerintah Seoul jago banget transformasi tempat-tempat penuh sejarah jadi public space buat warga.





ANYWAY, gue mau kasih alasan kenapa lo wajib kesini:

1. Gratis
2. Instagrammable
3. Deket World Cup Stadium, artinya lo bisa sekalian makan mie dahsyat murah di Pasar Mangwon kesayangan, sambil numpang foto di kafe Zapangi yang katanya tempat syuting NCT
4. Di sebrangnya Haneul Park, artinya kalo lu demen dan berniat photoshoot, bisa sekalian. Bawa outfit yang banyak dah
5. Unik, anti-mainstream. Bosen kan liat foto-foto orang ke Korea ke Istana n ke library indoor COEX
6. Lo bisa ngerasain jadi lokal dan betapa bersyukurnya warga Seoul dengan pemerintah yang super progresif

T3 Favorit

Rahasia jitu dan pesan nomor satu: JANGAN MAU KALAH SAMA PANAS. Yes kalo lu siang-siang kesana, mungkin males banget eksplor outdoor. Padahal ini nih bagian teruniknya. Tangki no 3 alias T3, dimana lo bisa ngintip bagian aslinya. Tapi yes, pake manjat tangga dan panas banget kalo siang.

Kapan lagi eksplor anti mainstream di Seoul?