Pages

Sunday, December 17, 2017

My Mapo Memories

Looking back through 2017, I realized there are many changes in my life. This time I would like to review the area that I go most often throughout 2017: Mapo-gu.

I lived in Ewha Womans University dorm for a year, and I was so attached to the area. After I moved to Korea University area, I tried to go to different places, but nothing can replace my love for Sinchon and Hapjeong. It is quite time-consuming to go back and forth to Mapo area, but in the end, it is what makes me happy. I even go to Sinchon and Ewha at least 5 times a week this semester as I am taking courses in Sogang and swim at Ewha. 

So this year, my memories are filled with the alleys of Hapjeong and Sangsu, cozy corners in the vegan restaurants in the area and dessert places in Sinchon and Hongdae.

Let me introduce my favorite places. I am skipping Mangwon Market, Hapjeong and Hongdae as I have shared it in the previous posts.

Sogang University 
I took an Italian class here, so I ideally come twice a week. 
Sogang University is quite small, but I love the apparent Catholic atmosphere with Maria hanging in every class. It reminds me of my high school time.

Best thing about Sogang? Its proximity to Daeheung Station (Line 6). Living in Korea University, there are not many cool places in Line 6 and you have to appreciate this one.


Not to mention my love for the fun class(mates)!

Slunch Factory 


A spacy and cozy restaurant located near to Sangsu station.
I am in love with Slunch Factory for its damn cute menu and vegan options.




 I accidentally found it while passing by. Sadly I did not get to be seated right away as it gets quite busy during lunch and dinner time.


Ingredients are fresh, the menus are quite creative. I like the staffs, they are friendly.

Cook and Book

I am in a love-hate relationship with this place. For me, a vegan place must be friendly. Period.

But Cook and Book staff keep changing and my first experience was not so good. She was cold and seemed hesitant to take my orders. Regardless, they offer different menus every week and only open for limited business hours (Thu-Sun).



The place before remodeling offers homy vibes. 

Vegan lasagna
I recently reviewed their vegan lasagna on my Youtube channel. Check them out. 

Sukkara (Hongdae)


I am not sure how to start, Sukkara is just perfect.

remember the open market?
It offers vibes that I rarely find in Korea. It feels like the traditional market back home and I can sit there for hours doing nothing. I am reserving a special post for Sukkara later on.

I checked that they do many community events too. I should try to come next year.

Menu

They use organic stuff. Quite pricey but worth every sip of it.


My lemon love
I am not gonna say much as I will be writing a more comprehensive write-up on Sukkara later.

Honorable mention
Home
Eventually, my attachment to Mapo leads me back. I decided to move to Mapo. It was a huge decision, as I am still a full-time student at Korea University with the heavy class load and responsibility that entails. Many factors made me decide to choose Mapo, firstly is for its convenience. Mapo is VERY strategic and easy to get to anywhere (well depends on which part, but I cannot say the same about my university area). 

Finding a house was not easy but I love how there are endless options for my low budget. I feel like it is a rational choice as I usually go to school 4 times a week (Mon-Thu), yet I had to go to Sinchon and Ewha for swimming and Italian class 5 times a week (Mon-Fri). I would also have a better commuting time to elsewhere during the weekend.

So to wrap up, my best memory in Mapo this year is probably moving in. I love my house and I appreciate every single process that I had to go through. It was not easy, trust me. But it is totally worth it to say that I want to live here for the rest of my stay in Korea. 


Saturday, December 9, 2017

Eat Like a Korean (Student)!

Setiap jalan-jalan keluar negeri, keinginan terbesar gue biasanya makan. Makan ala lokal tapi yang aman alias masuk dietary restriction gue (no daging merah). Tapi ternyata keinginan sederhana ini susah sekali cyin! Ga cuma kendala cari tempat yang free dari tourist-trap, tapi juga masalah bahasa. Bayangin deh, kalo orang mau ke Indonesia terus cari pempek... Bingung kan kasih taunya gimana makan pempek yang enak, bisa dicari dan ramah foreigner?

Nah, 3 tahun gue disini, berikut adalah makanan-makanan yang selalu pengen gue kenalin ke seluruh turis Indonesia karena enak dan harganya masih masuk akal buat pelajar.

1. Sulbing, es serutnya Korea


Ga ada pelajar asing yang ga kenal Sulbing, merk bingsu aka es serut ala Korea, yang paling ngetop. Untungnya Sulbing di Myeongdong ramah foreigners dan terbilang mudah dicari. Cuma penghambatnya adalah orang Indonesia ga suka makan es kalo dingin (padahal ga ngaruh sih, tetep dingin cuma ga bikin makin menggigil kok :P).


HARUS DICOBA. HARUS. Meski minus 20, there is no bad day for Sulbing.

2. Mijeong Guksu 0410 - mienya Chef paling tenar seKorea, om Baek Jongwon 
Temen-temen gue pasti ngamuk kalo baca ini, karena buat mereka ini mie biasa. Ya justru karna itu. Ini mie biasa, toping minimum, seharga 3000-4000 yang enak banget dan porsinya mantap. Disajikan secara cepat, makannya ga disarankan pake ngobrol. Tempat terbaik buat student yang kesepian dan kurang uang.

credit: as tagged
Diluar dari cultural valuenya bahwa ini Korean life yang tidak fancy, kapan lagi makan produk chef terkenal yang dibuat merakyat?

3. Yoogane - Dakgalbi semua umat manusia (dulu)
Yes, sekarang ngga lagi soalnya di deket Korea University udah tutup semua. But anyway, Yoogane adalah hidangan biasa banget sebenernya. Korea standar deh. Dakgalbi alias chicken ribs yang dimasak didepan kita, terus aftermathnya makan nasi goreng pake bumbu yang sama. Topnya kalo pake keju. Ini uniknya Yoogane sih, karena dakgalbi lain enaknya ga pake keju.
Harganya yang murah dan side dish makaroninya yang enak jadi faktor tambahan.

Don't take Yoogane for granted. Ketika dia menghilang dari neighborhood kita, kemudian semua menyesal.

4. Jjimdak, terutama Jaws jjimdak di Busan, atau seenggaknya Daepo Jjjimdak di Seoul
Kayanya gue ga perlu komentar, liat fotonya udah cukup.


Jjimdak biasa, ayam semur pake keju, udah dahsyat, tambahin cumi goreng? Fix rasanya pengen part-time disana biar bisa makan terus.

5. Deungchon Kalguksu, mienya sehat tapi nasi gorengnya bikin candu
Penemuan terbesar gue ditahun 2016 adalah kalguksu pake nasi goreng. Kalguksu alias si mie tebel handmade adalah cinta baru gue. Sumpah, sebenernya ini makanan polos banget. Yang bikin enak ya kuahnya dan kesimpelannya itu. Deungchon Kalguksu beda cerita. Makan disini terbagi jadi 3 episode.
Pertama, sayuran, toge dan jamur direbus dengan kuah yang agak pedas. Bisa langsung disantap ketika mendidih. Kalo si pancinya udah lumayan kosong, lanjut masukin mienya. Makan mienya sampai kira-kira setengah panci, lalu tante-tantenya akan pakai sedikit dari kuah mie untuk bikin nasi goreng + telur. 
Susah dijelasin kenapa dan bagaimana, si nasi goreng ini adalah bagian terbaik dari the whole experience. 7000 untuk 1 set per 1 orang.

6. Food Cafe Sinchon (Stasiun Kereta), kantin terbaikkk seKorea raya dengan tante teramah
Mau makanan Korea apa? Yang normal, porsi sendiri-sendiri dan harga ramah disini ada semua. Banyak banget orang asing makan disini, so menunya Bahasa Inggris kok. Cuma ga banyak turis yang kesini karena emang makanannya terlalu sehari-hari. Tapi justru ini yang gue cari dong. Bonusnya adalah tante yang sangat ramah dan side dish fish cake unlimited.

Sundubu Jjigae, sup tofu kesayangan

Buat yang suka daging, konon si Bulgogi Dukbegi (sup sapi kuah bening) rasanya dahsyat. Buat aliran seafood kaya gue, Sundubu Jjigae (sup tofu merah) dan Nasi Campur topping Squid disini terbaik dengan harga ga sampe 6000 (mungkin sekarang naik...).

7. Chir Chir Chicken
Korean life akan hampa tanpa ayam. Ayam adalah snack nasional dan sumber penghidupan bagi terlalu banyak orang. Nah, sebelum gue berdebat dan mikir kepanjangan Korean Chicken merk mana yang paling enak, mending gue kenalin fusion chicken merk Chir Chir dulu.

Chir Chir

Ga banyak orang yang tau merk ini. Mereka jual ayam standar juga sih cuma gue rekomen banget yang Rose Chicken (penuh keju dan ada rasa pedasnya) sama Chir Chir, karena lelehan keju dan pasta dan ayam tender rasanya ga pernah salah.


BONUS
Kalguksu merk Gohyangjib di Pasar Mangwon yang murah tiada tandingan



Wah. Gue bingung disuruh mulai darimana. Ini tempat legendaris karena enaknya bukan main, harganya ngalahin warteg nasional si Kimbap Cheonguk, tapi sebenernya ga terlalu menyenangkan karena tante-tantenya ga ramah. Rekomendasi yang ini harus ditanggapi dengan objektif: hanya Alira yang suka bela-belain ke Pasar Mangwon buat cari Kalguksu legendaris.

Cafe Tui - tante barista teramah seKorea raya dari New Zealand
Gue ga suka ngopi, ga hobi nongkrong di coffee shop juga. Tapi gue suka bela-belain ke Tui untuk sekedar ketemu tante barista yang sangat ramah.


Cafe Tui ini adanya di depan Korea University, ga terlalu besar, tapi dekorasinya sangat homy dan sangat mencerminkan tantenya. Tantenya dulu lama tinggal di New Zealand dan sekarang anaknya adalah pianis, masih berbasis di New Zealand. Fasih berbahasa Inggris, kalo butuh rekomendasi, tanya aja. Browniesnya mantap, flat whitenya menyenangkan.

Flat White

Brownies
 Kalo tertarik pengen tau selegendaris apa tantenya, boleh liat disini (tapi Bahasa Korea sih...)

Hotteok, bukan isi daging, ini isi madu pake kacang!
Dari sekian banyak jajanan Korea NON ayam (saking kebanyakan ayam, gue suka mual), ini adalah favorit gue. Sebenernya cukup pasaran but not all hotteok is created equal. The only one yang paling best adanya cuma di BIFF Square BUSAN. Yes, gue mau banget disuruh tinggal di Busan beberapa minggu kalo ditaro deket si tukang Hotteok merk Ajusshi ini.


digoreng fresh, antara nikmat sama ga sehat
Harga terakhir 1200, mungkin sekarang udah naik.


Sung Sim Dang Bakery, Daejeon



Bakery terenak termurah yang mungkin dibuat oleh titisan malaikat. Sayang, cuma ada di Daejeon alias 2 jam dari Seoul. Dahulu kala ketika gue masih hidup dengan bebas, gue bisa ke Daejeon cuma buat beli roti dan makan yogurt, padahal jaraknya 120 km one way. Yak, sekarang hidup tidak seindah itu dan gue hanya bisa mengenang Sung Sim Dang.


Kalo ditanya apa enaknya... Bingung juga. Semua enak, tapi bestnya buat gue sih si original cream bread harga 1000 won.