Pages

Tuesday, November 6, 2018

Yeosu: Kota yang Jarang Terdengar

Mungkin karena selalu tertarik dengan air, gue udah lama pengen ke Yeosu. Baru kesampean bulan Juli 2018. Bagi yang belom tau, Yeosu adalah kota pelabuhan di provinsi Jeolla Selatan (Jeollanamdo). Salah satu yang ujung nih, kaya Busan dan Tongyeong.

Nah ada apa sih di Yeosu selain pantai dan laut?


Susah jawabnya karena terkenalnya dengan island hopping. Suasana kotanya sendiri sebenarnya cukup damai, tapi cenderung masih tradisional. Perlu diingat, Yeosu bukanlah kota kecil. Jadi berkeliling Yeosu gak gampang karena ada banyak sudut kotanya. Gue nginep sampe 3 hari biar puas, tapi ternyata tetep ga puas.


Bagian terbaik dari Yeosu 'konon' ada didekat Yeosu EXPO. Yeosu EXPO adalah venue pameran internasional tahun 2012, tapi pameran kaya apa gimana, gue ga gitu jelas juga. Gue kesana dipuncak liburan musim panas tapi semua sepi.

Highlight: Dolsandaegyo Bridge
Gue ga bisa hiking karena perginya sama temen-temen yang ga kuat jalan kaki. So opsi island hopping pun hilang dan diganti full city tour. Highlightnya menurut gue adalah Dolsan Park, Dolsandaegyo Bridge dan Night City Tour.


Gue ke Dolsan Park sore-sore dengan naik bus city tour dan gue sangat puas dengan view dan landscapenya.

Night City Tour
City Tournya menyenangkan karena kita bisa keliling Yeosu dengan mudah. Seperti yang gue bilang, Yeosu ini gede banget. Ada beberapa stop untuk foto dan menyesuaikan cuaca. Saat itu, gue dapet cuaca yang super buruk karena hujan angin ditengah-tengah. Tapi tetap enjoy sih. Guidenya cukup informatif tapi hanya dalam Bahasa Korea. Bahasa Inggrisnya minim tapi wajar, karena hanya gue dan teman-teman gue foreigner malam itu. Padahal weekend loh. 

Bagaimana cara ke Yeosu?
Naik KTX dari Seoul Station ke Yeosu EXPO. Bisa dicoba menginap semalam di daerah Expo dan kemudian pindah ke arah City Hall.

[AKAN DIUPDATE]


Wednesday, October 3, 2018

Damainya Danau Como

Gue baru #ExploreItalia lagi dan gue menemukan mutiara baru: Lake Como. Gue adalah pecinta air dan Februari kemaren gue kepincut sama Lake Garda. Ternyata secara view, Lake Como jauh lebih cantik. Meski kalau secara hati, gue lebih cocok sama Lake Garda.

Lake Como ini... LUAS banget. Ga bercanda, kita ga bisa bilang "Mau ke Danau Como" karena pasti ada lanjutannya: danau sebelah mana?


Kesalahan gue adalah gue buta dan kurang riset soal 'sebelah mana'. Gue asal dapet penginapan rating tinggi harga murah, gue ambil. Ternyata sampailah gue ke Dervio, deket Bellano dan Varenna - area tengah Danau Como. Ga ada yang salah dari Dervio selain ga ada apa-apa. Kotanya kecil banget dan gue sampe sana hari Rabu, yang mana toko-toko katanya tutup hari Senin dan Rabu.


Besoknya baru gue ke Varenna, Bellagio dan Cadenabbia dengan pass 1 hari seharga 15 Euro. Baru deh ketauan pesona asli si Lake Como ini.

View dari ferry
Gue juga sempet lunch terbaikkk di Hotel Belvedere Bellagio. Kenyang dan puas duduk 3 jam liat view yang luarrr biasa bermodal 29 Euro.

All in all, Danau Como cocok untuk pecinta view air dan gunung kaya gue. Lebih cocok lagi buat honeymoon atau relaxing day karena damai dan gak terlalu banyak hingar bingar. Atau untuk sekedar pelarian, seperti yang gue lakukan.

(ditulis dengan setengah sadar makanya infonya tidak terlalu detail dan berfaedah)

Tuesday, September 4, 2018

Drama Urus Visa Schengen dari Korea

Hari ini gue baru beres masukin aplikasi Visa Schengen dari Seoul untuk yang kelima kalinya dalam kurang dari dua tahun. Sekali apply keluar 60 euro, jangan ingatkan itu berapa rupiah, nanti gue sedih. Masih lebih murah dari sekali apply visa Inggris yang berlaku dua tahun + express, tapi ternyata gue ke Inggris baru sekali dalam 1.5 tahun. Yak.

Terima kasih Tuhan, gue masih sabar dan gak nangis. Gue bersyukur dan selalu senang untuk kembali ke Italia. Yes, tiap perjalanan gue ke Eropa, gue pasti ke Italia. Meski begitu, gue terus bertanya, "Ini sampe lulus, asumsi setaun dua kali ke Eropa, jadi bisa 8 halaman paspor abis buat Schengen kayanya."

Perlu diketahui, gue butuh waktu berhari-hari untuk menyiapkan itinerary karena gue biasanya punya keinginan ke kota aneh-aneh, tapi modal ga banyak jadi harus sabar-sabar cari. Yang terlama tentu yang pertama, plus yang keempat karena sekalian lewat Srilanka dan Maroko. Random banget kan?

Apply pertama - Januari 2017
Masih super newbie, hanya berbekal "requirements" yang dipost Kedutaan Italia di Seoul diwebsite mereka. Ternyata salah semua, super ga lengkap. Alhasil gue bolak-balik ke tukang foto, bank, tukang print. Datang dapat antrian pertama, pulang sebagai aplikan terakhir. Selama itu.

Capek banget, tapi rasanya terlalu excited buat mengeluh atau marah. Gue masih menganggap prosesnya lebih menyenangkan selain fakta bahwa ini semua bisa diantisipasi kalo "websitenya udah kita minta update, tapi dari kementerian belom diupdate juga tuh."

Apply kedua - April 2017
Udah lebih santai, demi Tiziano Ferro. Semua udah ready. Smooth. Dapet bukti terima dibilang 20 hari juga dan tertulis multiple entries. Gue ga inget drama khusus, selain gue harus pake dulu paspornya terus gue balikin lagi (passback passport) untuk apply visa Inggris dalam waktu bersamaan. Semua terdengar menyenangkan, sampe akhirnya gue datang untuk ambil visa tersebut dan BAAAM!

Mana dapet multiple entries. Dapetnya single entry. Waktunya mepet bener. Padahal, dalam waktu 3 minggu antara masukin aplikasi dan tanggal visa jadi, gue menemukan konser Il Volo dan kemudian extend untuk melihat mas-mas itu. Mau marah karena ga sesuai receipt juga ga membuat hidup gue lebih mudah.

Gue inget gue ditemenin Bondan ambil passport, balik-balik rasanya dunia gue runtuh (exaggerated) dan sedih banget. Tapi untuk konser, dengan sabar aku pun... APPLY LAGI.

wa ampe punya quote beginian karna visa

Apply ketiga - May 2017
Masnya udah capek liat gue. Iyalah bolak balik mulu, dari pertama apply, ambil paspor, balikin paspor, ambil visa terus menjelaskan betapa aing maunya stay 20 hari, eh sekarang muncul lagi.

Setelah periksa itinerary baru gue, masnya bilang "Ini mah lu ga usah apply visa baru, kan lu cuma nambah dua hari?"
"Lah, kan dimasa berlaku visa dibilang 11 hari aja terus saya emang perlunya 13 hari?"
"Iya kalo sampe dua minggu ada spare lah, ini kan ada last validity date"
"Mmmm? Tapi disini tertulis 11 hari?"
"Iya cuma lu sayang duit aja kan 60 euro buat apply lagi, toh cuma nambahnya 2 hari."
"Mas bisa ga tolong tulis email yang bilang dua minggu gapapa, terus nanti kalo saya kenapa-napa, saya tunjukkin emailnya?"
"Wah kaga ngaruh. Kan kita kemenlu, tar imigrasi disana kementrian lain lagi. Email kita kaga akan ngaruh apa-apa"

Waduh ngana serius mas, ya nanti kalo aing kena ban atau ketangkep urusan imigrasi tanpa hukum mendasar, gimana ceritanya...

Gue akhirnya bilang, "Gapapa 60 euro gue bayar lagi daripada gue melanggar aturan dan ga bisa balik lagi. I think I bakal sering balik."

Which is true, siapa sangka gue bolak balik terus ke Eropa. Aplikasi diterima, keluar-keluar dibonusin 1 hari jadi 14 hari. Duh, semua demi nonton konser.

Apply keempat - akhir 2017
Ini. Gue stress. Soalnya gue gamau urus visa via Kedutaan Italia lagi nanti masnya bosen, tapi itinerary gue juga ga gitu jelas. Banyak sedih dan keselnya juga soalnya last minute harus ganti sanasini, berhubung tadinya harusnya berdua tapi jadi sendiri.

Akhirnya gue coba lewat Jerman, karena tiket gue emang masuknya lewat Frankfurt. Tantangannya bukan soal siapin requirements, udah apply tiga kali, ga usah liat website juga gue udah apal. Tapi susun itinerarynya itu menguras hati. Gue gatau mau gue apa, kemana. Kalo boleh milih, ya gue mending straight di Italia aja sepanjang trip. Cuma gue udah beli tiket dan penginapan yang lain, jadi wasted kalo ga dipake kan?

Gue mikir berkali-kali uang vs keinginan. Sayang uang tapi bisa explore negara baru, atau ikut keinginan tapi buang-buang uang. Akhirnya ketemu balance diantara keduanya. Ada beberapa tiket yang gue gajadi pake demi lama-lama di Italia. Tapi gue juga bersyukur gue sampe ke Brussels dan dipaksa istirahat di Madrid.

Balik soal apply, super smooth. Cuma ditanya "Marrakesh ini dimana ya?" karena ada jadwal ke Marrakesh dan bukan area Schengen. Schengen via German is my favorite so far. Ga perlu booking online dan konternya juga jelas. Cuma Jerman sih yang  harus taro semua barang di loker, jadi gue sempet harus bolak-balik ke loker karena syarat yang ketinggalan di tas.

Apply kelima - September 2018
Ga pernah gue apply visa segini mepetnya, 16 hari sebelum pergi. Untungnya Tuhan baik, negara tujuannya Switzerland. Syarat dari mereka adalah apply paling lambat 15 hari sebelum pergi. Meski gue udah merasa khatam prosesnya, tapi karena kali ini gue by invitation, gue tetep sempetin liat websitenya. Ternyata mereka minta fotokopi Visa Schengen yang pernah didapat dalam beberapa tahun terakhir dan asuransinya spesifik. Tapi karena semuanya Korean company, gue ga gitu peduliin, soalnya orang Korea kan ga butuh Visa Schengen, so asumsi gue, jualan mereka ya visa buat studi atau long term di Eropa.

Fokus ke proses Schengennya sih nyiapin syarat relatif cepet, berhubung dikejar waktu dan bukan buat jalan-jalan juga. Gue ga terlalu mikirin soal costs, karena biasanya yang lama itu flipping segala website buat cari yang termurah. I stick to Flixbus sama Expedia, cukup.

Pas proses aplikasinya, semua orang udah tau gue Alira dari Indonesia karena gue booking online (ga wajib) dan 1 hari cuma ada 3-4 booking aja. Wow, kedutaannya relax sekali, aku suka.

Proses pengecekan dokumen berlangsung agak lama dan balik-balik, ada dua masalah. Booking bus gue salah tanggal, harusnya Oktober eh malah September. Gapapa, gue sadar saat nunggu dan gue udah beli tiket bus baru. Anggaplah costs ketidaktelitian (meski sebenernya ga rela).
Masalah kedua, mbaknya bilang asuransi gue ga valid. Padahal ini asuransi udah dipake apply visa ke 5 benua, baru sekarang ditolak karena mereka ga punya kantor di Korea...

Beliau pun kasih list asuransi yang diterima oleh Gue pun jujur gue ga pernah beli asuransi dari perusahaan Korea, gue ga familiar dan gue mau beli saat itu juga biar ga sakit kepala. Pas gue buka websitenya, ga ada tuh asuransi Schengen, sesuai perkiraan gue, karena orang lokal ga butuh. Mbaknya bilang, normal overseas trip insurance cukup. Eh tapi masalah klasik, nama gue ga bisa diinput karena kepanjangan buat standar Korea.

Yasudah gue terpaksa beli dari global company yang punya cabang di Korea tanpa mikirin harga dibanding barbie pusing. Harganya dua kali lipat Tokio Marine langganan gue, sigh.

I love applying from Switzerland Embassy karena no queue, cepet jadi dan mbaknya the nicest I've met. Everyone was responsive, but particularly for her, she cared enough to ask and listen to my reasoning on applying for multiple visas, giving real solution and very attentive. She was also very helpful to help me check for the insurance that meets the requirements.

Apply berikutnya, buat Winter 2019?
Mungkin nanti ada cerita apply keenam, ketujuh, kedelapan. Semoga sebelum sampai kesepuluh, gue udah bisa dapet long term visa aja yaaa biar bisa bolak-balik dengan lebih nekad alias last minute. Saat ini, statistik mengatakan gue TIAP vacation ke Eropa. Bahkan ketika tadinya gue kira gue ga akan balik summer ini, ternyata fall diberi rejeki buat balik lagi. Nah, setelah ini, gue punya 3 vacation tersisa. Akankah ada dramanya lagi?

Pesan moral: banyak-banyak bersabar dengan urusan visa. Pengalaman tidak menjamin kelancaran. Abis apply, jangan lupa tidur untuk menebus malam-malam begadang menyusun itinerary.

Sincerely,
dari aplikan yang baru bangun tidur siang 3 jam saking lelahnya

Friday, July 13, 2018

Nongkrong di Tangki Minyak

Gue nemuin gem baru di Seoul yaitu Tangki Minyak di Mapo-gu.


Long story short, mending lu tonton dulu video singkat gue disana. Maklumin barbie yang males ngedit, intinya ingin menyampaikan bahwa tempat ini super keren. Pemerintah Seoul jago banget transformasi tempat-tempat penuh sejarah jadi public space buat warga.





ANYWAY, gue mau kasih alasan kenapa lo wajib kesini:

1. Gratis
2. Instagrammable
3. Deket World Cup Stadium, artinya lo bisa sekalian makan mie dahsyat murah di Pasar Mangwon kesayangan, sambil numpang foto di kafe Zapangi yang katanya tempat syuting NCT
4. Di sebrangnya Haneul Park, artinya kalo lu demen dan berniat photoshoot, bisa sekalian. Bawa outfit yang banyak dah
5. Unik, anti-mainstream. Bosen kan liat foto-foto orang ke Korea ke Istana n ke library indoor COEX
6. Lo bisa ngerasain jadi lokal dan betapa bersyukurnya warga Seoul dengan pemerintah yang super progresif

T3 Favorit

Rahasia jitu dan pesan nomor satu: JANGAN MAU KALAH SAMA PANAS. Yes kalo lu siang-siang kesana, mungkin males banget eksplor outdoor. Padahal ini nih bagian teruniknya. Tangki no 3 alias T3, dimana lo bisa ngintip bagian aslinya. Tapi yes, pake manjat tangga dan panas banget kalo siang.

Kapan lagi eksplor anti mainstream di Seoul?


Wednesday, June 6, 2018

Michiko Project: BEST Fish n Chips in Seoul

My last trip to Auckland makes me crazy about fish and chips. I know it may sound strange, as the best fish and chips you've tasted is probably not from the land of Kiwi but I've traveled the world and tried the fish and chips in London, but they are all sucks. I am glad I was not traumatized and decided to try fish an chips again in Auckland. It was nothing fancy, I had my first fish and chips after years from the nearby takeaway in Mellons Bay, Auckland. What an unusual way to fall in love with fish and chips.

Long story short, I cannot find fish and chips in Seoul. It was not about finding a decent one, I cannot even find a specialized fish and chips store in Seoul. So I constantly Naver-ed some places (we do not use Google here) and found some stores that sell fish and chips. I was not lucky with my first few attempts before I finally found my love a few days ago!


I am not sure how do you call this place in English? Michiko is the name of the group and Michiko Project 25 is what written on the placard. This place is called 벗꽃주택 in Korean, located in a tiny alley next to Chungjeongno Station exit 2. Just turn left after Chungjeongno Tower/Starbucks, and you'd see it.


The alley looks like the picture above.

Just walk straight for a good 1-2 minutes, and this charming little place should be on your left.




It is a small beer place with around 40+ seats only. I went there around 5PM, so there were only two other guests. They got busy after 6PM when the workers are done with the day. I read that they are famous for their beer. I certainly do not come here for a drink so I can't really tell. The two Koreans next to me said that it was excellent and cheap. 

Now the fish and chips...

They only have two sizes, Medium for 16,900 won and Large for 19,900 won. I was alone, and I ordered medium but it was a mistake. The medium was meant for two (or even three).

It takes (almost) the whole table

LOOK AT THEEEEM

The condiments
Man, it was beyond satisfying. It definitely fulfilled my craving, and I can't be more grateful that this place is less than 10 mins walk from home.


The tartar sauce was really lovely and complement the dish perfectly. I've got nothing to complain other than the fact that they should've warned me about the size. The fish? They truly did it right.

The next time you are craving for a damn good fish and chips, come here. Chungjeongno Exit 2. The best thing is they speak English right from the moment I entered. Prolly I am looking too foreign, but I did not expect this from the neighborhood. A truly hidden gem.

Tuesday, May 29, 2018

Share D Table: Resto Gaul di Seoul

Ada tempat spesial di hati gue buat Seongsu, salah satu daerah di Seoul yang terkenal sebagai daerah hippy, social entrepreneurship dan kayanya akhir-akhir ini sering disebut sebagai daerah apartemennya member Super Junior. Tapi gue ga punya banyak alasan buat ke Seongsu, soalnya Seongsu ga sestrategis daerah nongkrong lain di Seoul. Susah banget ngajakin temen ke Seongsu, apalagi kalo mereka belum tau pesonanya Seongsu.

Beruntungnya ada tim @ayamtheexplorer yang bisa diajak 'ngabuburit' buka puasa. Kita pergi ke Seongsu sekitar setengah jam sebelum buka puasa, tanpa tujuan pasti. Kita hanya mau hunting tempat nongkrong. :)

Yak akhirnya ketemu tempat yang catchy banget menarik mata dari interior luarnya yang terbuka dan modern tapi bukan minimalis. Konsepnya segar dan menunya dari luar terlihat banyak. Masuk lah kita ke Share D Table.



Konsep yang ditawarkan sebenarnya mirip food court. Pemesanan dilakukan disatu tempat dan kemudian pesanan diambil di konter masing-masing gitu, sesuai jenisnya. Menunya beragam, tapi harganya sih ga murah. Anggep aja biaya foto-foto yaah hahaha.


Ini tempat cantik banget sampe-sampe gue curiga orang kesini emang tujuan utamanya buat nongkrong bukan makan.

menu Share D Table

Bentar, kayanya salah fokus, gue ceritain dulu tentang makanannya. Karena kita bertiga dan kita Korean style, kita pesan dua menu saja, pizza dan pasta. Pizza pilihan Alira adalah Gambereto Basil Pesto. Gamberri itu artinya udang, pesto itu saus pasta yang warna hijau. So gue membayangkan pizza warna hijau dengan toping udang dong. Buat pastanya, gue pesen Crab Rose Pasta. Rose ala Korea itu saus krim yang warnanya kepink-pinkan. 

Eh ternyata kedua perkiraan salah.


Gue gak baca caption. Si pizza ternyata pake ink squid dan si pasta tidak pink. Tapi rasanya superrrr. Puas banget karena faktor-faktor extra: semua pegawainya ramah dan mereka menyediakan saus sambal! Jiwa Indonesia gue langsung ke-trigger.



Puas makan, urusan foto-foto. Wah gue rasa ini tempat harus didiscover manusia yang bikin MV. So cool. Suasananya juga super cozy dan gue rasa jumlah manusia yang datang malam itu memang pas. Ga membuat kafe ini overcrowded, tapi juga ga sepi kaya kuburan. 



Gue belom kesampean cobain dessertnya tapi ini jadi catatan buat trip berikutnya!

Cara kesana: turun di Seongsu Station terus seinget gue sih exit 3 tapi bisa aja salah :) hahahaa



Monday, May 7, 2018

Colombo Cintaku

Gue gatau kenapa ngide banget ke Srilanka. Awalnya berdua sama Tyas, temen gue, tapi dia tiba-tiba batal. Yaudah. Jadi ga bisa bikin itinerary keluar kota soalnya sewa mobil pun budgetnya harus full ditanggung sendiri dan kebetulan gue bangkrut dari trip gue ke Australia-New Zealand.

Anyway! Sekilas info, Colombo ini banyak disinggahi pesawat-pesawat antar Asia Eropa. Soalnya letaknya emang strategis. Jadi gue rasa banyak banget flight dijam-jam aneh kaya jam 1-2 pagi. Flight gue dari Singapur sendiri sampenya jam 12 malem dan flight gue ke Frankfurt via Kuwait berangkat jam 3 pagi.

Berhubung sampenya tengah malem, ga mungkin eksperimen pake kendaraan umum. Gue harus atur order taksi. Akhirnya minta tolong tempat nginep gue buat orderin seharga $25. Uniknya Srilanka adalah semua diquote pake dollar tapi bayarnya pake Srilankan Rupee. Nah gue gatau kebiasaan ini dan gue ga nuker banyak uang di bandara. Padahal kurs bandara juga bagus huhu.

Independence Square

Skip detailnya, gue ngapain aja sih?
JALAN KAKI. JALAN-JALAN DI KOTA. Padahal maunya sih menikmati alam Srilanka, apa daya waktunya juga ga banyak boss jadi gue ga sempet kemana-mana. Tapi gue punya kesan yang sangat positif dengan Srilanka dan Srilankans.

Harga-harga murah. Orangnya baik dan gak suka cuit-cuit. Gue punya respek yang mendalam pada fakta bahwa gue bisa jalan dengan nyaman di pinggir jalan sendirian, sebagai cewe, tanpa takut ada abang-abang yang ngegodain. Tapi disaat gue butuh sesuatu, orangnya baik dan ramah buat bantu gue.

Gue super hati-hati naik tuk-tuk berhubung katanya banyak scam tuk-tuk. Namanya aja tuk-tuk tapi sebenernya mah bajaj. Tapi mayoritas tuk-tuk udah pake argo kok. Terus gue juga selalu stick sama aplikasi PickMe, yaitu gojeknya Srilanka yang pake tuktuk, bukannya motor. Cuma gue sempet ga bisa PickMe saat gue jalan dari Galle beach dijam pulang kantor. Dengan doa, gue pun menyetop tuk-tuk yang lewat...

bajaj ditengah hujan

Eh aman-aman aja. Endingnya abangnya bilang argonya rusak jadi dia pura-pura gatau itu berapa, padahal sih gue udah liat tarifnya. Kasih tips dikit, proper lah.


Tidak seperti pemikiran kebanyakan orang, lo bisa betah di Colombo atau Srilanka soalnya mereka lumayan bersih! Gue ga sempet main ke restoran lokal sih. Ini kebiasaan jelek Alira: gamau makan apapun kecuali bisa tanya dibuat dari apa. Gue emang phobia banget sama daging (merah) dan lebih baik kelaparan di Thailand daripada harus masuk ke restoran Thailand yang ga bisa Bahasa Inggris dan berujung body language terus salah order makanan dengan daging.



Colombo ini semacam Jakarta Kota. Ada modernnya, ada yang kurang berkembang juga. Nah disitulah gue menemukan dua atraksi yang berbeda. Mayoritas bisa berbicara Bahasa Inggris dan terlihat berpendidikan. Ya tapi ini cuma hasil penilaian 2 malam ya.

Foto grup rombongan study field

Pantai Galle dikala mendung

Gue sih paling suka sama Galle Beach. Sebenernya pantainya ga cantik, tapi disini lu bisa menemukan vibe paling Colombo menurut gue muehehe. Gue melihat banyak pembangunan di sekitar Pantai Galle dan agak sedih. Nanti pas balik ke Colombo lagi, masih sama gak ya wajahnya?

Kalo ditanya, worth gak sih transit di Srilanka terus jalan-jalan? Gue super rekomen! Soalnya masih banyak hal yang bisa dieksplor, meskipun kalo lu nginep di penginapan yang gue coba terus niat foto-foto gang dan suasana sekitar bakal keliatan kaya Bangkok atau Manila.

Gue belum selesai sama Srilanka. PASTI akan balik lagi. Berikutnya gue pengen main ke daerah timur Srilanka.

Thursday, May 3, 2018

Kamera Tersembunyi, Musuh di Korea

Bukan rahasia lagi bahwa Korea memang sangat akrab dengan kamera tersembunyi. Ada banyak penyalahgunaan kamera ditempat umum dan bisa ditebak, tujuan utamanya adalah untuk mengusik privasi orang alias NGINTIP!

Agustus tahun lalu, Presiden Korea menyerukan untuk menambah effort demi mengurangi dampak negatif hidden camera melalui biro persnya. Lo bisa liat beritanya disini. Selama 50 hari, tepatnya 1 July sampai 20 Agustus, ada 983 orang terkena kasus kamera tersembunyi. Sebel banget kan, hampir seribu karena musim panas anggapannya cewe-cewe pada berpakaian minim. Liat beritanya disini. Statistik lengkapnya ada disini.

diambil dari KoreaTimes
Pusing. Meski gue rasa gue bukan target karena orang sini punya standar kecantikan sendiri, gue tetep pusing.

Gue gatau isunya seserius apa sampe gue menemukan sign ini saat gue balik ke sekolah tahun 2018.

Sign di toilet KUBS
Font yang besar artinya "Dapat digunakan dengan aman" dan font Korea yang kecil "Sudah dicek dari kamera tersembunyi yang melanggar hukum". Stiker ini dipasang dipintu toilet cewe oleh BEM Fakultas Bisnis ke 51 dan "Orang-orang yang merasa terganggu" alias 불편한 사람들. Di stiker sih dibilang katanya bisa dicek cerita-cerita dari kaum yang merasa terganggu di Facebook.

Ini mengingatkan gue pada berita yang mengatakan bahwa universitas emang sasaran empuk kamera tersembunyi. Gue kira cuma di Ewha aja. Issue ini udah lama ada Ewha, setidaknya sejak gue datang ke Korea. Gue bisa paham karena itu universitas khusus perempuan. Gue lupa anak-anak di sekolah gue juga jadi sasaran predator... Hmmm.

Inilah mengapa HP di Korea ga bisa dimatiin bunyi shutter click kamera HPnya. Soalnya banyak penyalahgunaan. Ini juga alasan kenapa gue gamau beli HP di Korea. Ga kece kan punya iPhone dengan suara kamera nyaring. Anyway! Selalu waspada dimanapun dan kapanpun. Be alert!

Sunday, April 8, 2018

Instagrammable Spring in the Southern Part of Korea


Spring is here and it is the best season in Korea to recolor my messy Instagram feed. So here is my best idea of a perfect Korean spring, inspired by my unhealthy Instagram obsession.


Jinhae
It is overrated for a solid reason: every corner of this tiny little town offer you perfect angles of cherry blossom. There is no bad time to come to Jinhae during the festival. I have been there at the start of the festival and in the past two years, I only come in the last two days of the cherry blossom season.


Greenish cherry blossom? No worries, still charming!

Those traveling blogs do not lie, the best spots are Gyeonghwa Station and Yeojwacheon Romance Bridge with a quick photo stop here and there while you are in the city.

Do not get turned off by the crowd of humans. Jinhae is simply beautiful and you can always skip the mainstream shots. I do not normally take pictures of the train in Gyeonghwa Station, because the queue is always toooo loooong. But I still got a great shot, gurl.

Gyeonghwa Station, without the train


Busan
If you are already coming all the way to Jinhae, you might as well add stop in Busan. Approximately 1 hour away from Jinhae and only 5100 won one-way by bus, you should definitely not miss the chance to snap more Instagrammable pictures in Busan.

Daejeo Eco Park
I got over my Gamcheon obsession (finally) and found a better flowery spot: the Daejeo Eco Park.
Getting here could be tricky, so you might as well just go right away after Jinhae since this place is only a short taxi ride away from Sasang Terminal (and there is nothing much around Sasang).

Uh mighty yellow field
This park is huuuuuge and they are all very yellow. No pun here.


Be careful of the very strong Busan wind. But seriously, a little freezing worth the fantastic pictures, no?

Forget all your complaints about the limited restaurant in Jinhae too, Busan will take care of your tummy. I can give you a list of different places to eat in Busan as a Muslim who does not eat meat. My top priority would be GAEMIJIP!

simply fresh octopus and shrimp
This restaurant in Seomyeon opens 24 hours so anytime you feel like craving for the freshest seafood with a kickass soup, come here. It looks plain and colorless in the beginning but waits until the lady mixes them up and create the magic red soup.

Gaemijip Octopus + Shrimp
Priced at 8000 per person for the octopus soup and 9000 for the octopus and shrimp, I guarantee all seafood lovers will lick the last bite of it!

Another Muslim-friendly must-try item is the mighty hotteok! Find the longest queue at BIFF Square, or look for Ajusshi Hotteok if you can read Hangeul. Currently priced at 1300 won per pcs, it is certainly not the cheapest hotteok in Korea (compared to Jinhae 2000 for 3 pcs). BUT THIS WILL MAKE YOU DROOL AND CRAVE FOR MOREEEEE. Literally.

the king of all hotteok
So please make your way to the southern part of South Korea next spring and make all your Instagram followers obsessed over the beautiful Jinhae cherry blossom and drooling Busan foods! The whole itinerary is doable within a day but you can definitely chill and eat more food if you stay for a night in Busan.

Do not wait any longer, start your WOW KOREA trip ASAP!

Jalan-jalan Cantik di Musim Semi

"Korea kapan bagusnya sih?"

Gue sering banget dapet pertanyaan itu dari temen-temen gue. Ya sebenernya kapan aja bagus. Cuma kalo cari suasana berbeda dan instagrammable dengan cuaca yang mendukung buat tubuh tropis seperti kita, musim semi jawabannya. Tergantung budget dan tanggal, lo bisa pilih untuk stay di Seoul atau pergi ke gudangnya cherry blossom di Jinhae.

Pesona Jinhae setaun sekali aja

Sebagai manusia asli Indonesia pecinta kekinian, pasti harus dibela-belain dong cari cherry blossom terbaik!!! Yak jadi sarannya adalah pergi ke Jinhae! Bagaimana caranya?

Tiket bus Busan-Jinhae

1. Transportasi
Lo bisa naik bis Seoul-Masan-Jinhae dari terminal Dong Seoul. Tetapi di musim semi puncak cherry blossom, bisnya suka penuh. Ga usah bingung, naik bis ke Busan Sasang aja lalu sambung dengan bis ke Jinhae seharga 5100 won sekali jalan. Atau bagi yang ingin hemat waktu, bisa juga naik KTX pagi dari Seoul menuju Busan, kemudian nyambung bis dari Sasang. Pilihannya banyak, saudara-saudara.

2. Itinerary
Jangan turun di pemberhentian terakhir! Turunlah di Gyeonghwa Sijang alias Gyeonghwa Market untuk menuju spot pertama cherry blossom di Stasiun Gyeonghwa, Jinhae. Jangan khawatir kalau si kereta ikonik penuh banget buat difoto, masih ada banyak sudut menarik di Jinhae kak!

Ga perlu keretanya di Gyeonghwa

Puas berfoto berlatar belakang kereta, naik bis ke arah Jinhae Station untuk menuju Yeojwacheon Romance Bridge. Wah ga ada matinya deh foto disana.

Yeojwacheon
Jalan pelan-pelan balik ke terminal bis sambil menikmati festival lokal. Kapan lagi bisa ngerasain kearifan lokal di pedalaman Korea. Puas jajan-jajan di festival, pergilah ke Busan dan lanjutkan perjalanan ke Daejeo Eco Park. Agak susah kesini, jadi disarankan naik taksi aja dari Terminal Sasang sekitar 8000 won.



Ini cukup underrated padahal keren bangeeeeet!
Hati-hati dengan angin yang bisa membuat kalian terhempas, cukup dingin mas, mbak.

Puas acara foto-foto? Bermalam dan jajanlah ke arah Gwangan Bridge.

Hari kedua, bisa menuju Gamcheon Cultural Village dan kemudian berfoto cantik lagi. Sebelum meninggalkan Busan, jangan lupa jajan hotteok dulu di BIFF Square. Ga cuma kenyang foto, tapi kenyang jajan juga karena Busan memang terbaik kalo urusan makanan.

3. Makanan
Gue punya segudang rekomendasi di Busan. Melihat itinerary, pastikan mampir di Gaemijip Seomyeon, Hotteok BIFF Square dan Jaws Jjimdak. Tetapi tentu ini bukan guideline mati karena seriously, makanan di Busan ga ada abisnya.

4. Best shots
Berikut foto-foto terinstagrammable gue di musim semi 2018, musim terlovely Korea.

Yay


Yak tunggu apalagi! Jangan lewatkan cherry blossom tahun depan di bagian selatan Korea!