Tujuan ke Marrakesh kali ini mau chill. Ga ada alasan lain. Mau santai aja. Lagi bulan puasa juga, ga bisa ambis (lebih baik jangan). Gue pergi bertiga, dengan 2 teman yang tinggal di Swedia. Mereka belum pernah ke Marrakesh, mereka good trip planners dan mereka laki-laki. Gue ga peduli gender, tapi kalo ke Arabic speaking country, pergi sama grup yang ada laki-lakinya JAUH lebih aman. Ini berdasarkan pengalaman pribadi ke beberapa negara.
Mayoritas pelancong tinggal dan beraktivitas di area Medina. Medina ini... penuh banget. Segala jenis aktivitas ada disini. Jadi Medina tuh bukan buat turis doang. Warga pun lahir, tinggal, kerja disini. Gak suka keramaian? Bisa banget tinggal diluar 'tembok' Medina. Di sekitar Menara Mall misalnya.
PLANNING
Dimulai dari menentukan tanggal dan beli tiket. Grup gue pilih weekend pas Paskah, untuk menghemat cuti. Tiket urus masih-masing, pokoknya janjian ketemu di Marrakesh tanggal 29 Maret dan pulang 2 April. Gue beli tiket 28 Maret-3 April, karena mau punya jeda dan istirahat. Istirahat jadi aspek penting, soalnya 2023 gue kaya sprint dikejar-kejar jadwal.
Eh tiket Marrakesh-Milan 2 April mahal banget. Gue akhirnya beli tiket 1 April, karena ga rela bayar tiket low cost yang separuh dari tiket antar benua gue. Plot twist, ternyata Morocco ganti timezone jadi GMT (dari GMT+1) saat bulan puasa. Airlines gue belum edit jadwal sesuai timezone baru. Jadi gue terima notifikasi 'RESCHEDULE' keberangkatan jam 08:45 jadi jam 07:45, dengan jadwal ketibaan yang sama. Ya sebenernya jamnya gak ganti sih. Cuma mereka menawarkan ganti penerbangan gratis. Alhasil gue tetep bisa terbang sesuai jadwal, tanggal 2 April, dengan harga yang jauh lebih murah.
Gue gak ikut andil dalam memilih penginapan, gue serahkan ke dua teman yang lebih bertalenta sebagai planner. Biasanya mereka akan plan sampe ke itinerary, tapi kali ini free n easy.
Maroko TIDAK perlu visa. Tapi banyak airlines staff di Eropa yang ga familiar akan hal ini. Traveler berkewarganegaraan Indonesia dari Eropa kan ga banyak ya. Jadi setiap gue mau ke Maroko, memang selalu 'menunggu' konfirmasi berlapis saat check in, untuk memastikan bahwa gue legal. Selalu ditanya visa mu mana tiap ketemu petugas. Pede aja jelasin WNI ga butuh visa. Mereka ngeyel dikit gapapa, memang gatau dan ga biasa aja.
Hal penting berikutnya soal cash. Maroko punya mata uang sendiri, Moroccan Dirham. Paling baik untuk tarik tunai di bank atau ATM Al Barid karena tidak dikenakan fee penarikan, jumlahnya udah ditentukan - 100, 200, 300, 500, 1000 atau 2000 dirham. Bank lain bisa, cuma ada charge dari bank operator dan bank yang lu gunakan. Mau tukar dari USD, EUR, atau GBP bisa juga. Cuma gue lebih sarankan tarik tunai untuk alasan rate yang lebih kompetitif (meski setelah dikenakan charge 25ribu dari bank gue, Jenius). Jujur, gue sendiri gak terbiasa tarik tunai di negara asing. Tapi no choice. Cash is a must di Maroko.
MEDINA - The Basic
Tapi ya pilihan penginapannya lebih dikit, lebih mahal, dan lebih jauh untuk akses ke tempat wisata dan lokasi mayoritas tempat makan. Gue selalu nginep di area Medina sih. Jalan di Medina mayoritas gang kecil. Orang harus 'duel' sama gerobak, motor, dan segala jenis kekisruhan dunia lainnya.
Jalan di Medina ga bisa tenang. Alley di sebelah kiri udah 'damai' banget rasanya karena space buat orangnya cukup gede, ga dipenuhi dagangan. Giliran sepi banget, rasanya ga tenang juga sih. Soalnya takut di gang up sama scammers lokal.
jalan besar di Medina |
DAY 1 - ARRIVAL
Gue nyampe pas Maghrib. Cuma sempet dinner. First impression: ga berubah. Masih messy.
Total dinner + Moroccan mint tea 70 dirham atau 105ribu
Tajine Vegetarian |
Gue nginep di airbnb yang letaknya di Medina. Seperti biasa, penginapan-penginapan di Marrakesh banyaknya di gang yang ga bisa diakses mobil. Motor bisa sih, tapi yaaa messy sekali. Sebuah tips: PASTIKAN penginapan yang dipilih punya AC dan heater. Karena Marrakesh ini kan gurun. Jadi kalau dingin, bisa dingin banget. Kalau panas, ekstrim dan kering. First visit, gue lupa mengecek ini dan alhasil gue membeku.
kamar gue dengan estetik lokal dan AC/heater |
DAY 2 - VISIT TO BAHIA PALACE, KOUTUBBIA
Bahia Palace super CROWDED. Gue pernah kesini tahun 2018 dan gue suka sekali interiornya. Kali ini, masih indah, tapi crowded banget. Entrance fee 70 dirham rasanya worth it kalau bisa enjoy sepenuhnya. Datanglah SEPAGI MUNGKIN.
Foto Bahia Palace diatas diambil oleh Ko Victor, temen yang traveling bareng gue kali ini. Susah untuk cari 'empty corner' seperti di foto ya. Aslinya PENUH orang semua.
Koutubbia Square, menjelang Maghrib |
Koutubbia ini masjid iconic. Maroko adalah negara yang mayoritas penduduknya Muslim dan berbahasa Arab/Perancis. Cuma masjid mereka ga berkubah, jadi banyak masjid yang gak kelihatan seperti masjid. Beda dengan Koutubbia yang punya tower dan memang iconic. Buat visitor non-Muslim, gue menyarankan untuk menikmati Koutubbia dari rooftop cafe di sebrangnya. Sedikit lebih mahal, tapi ga overpriced kok.
dari salah satu rooftop cafe |
Nah sebuah catatan kalau jam buka puasa, mereka stop masak. Gamau terima order. Order baru diproses 20 menit setelah adzan Maghrib. Orang sini ga ada budaya bukber kayanya. Kehidupan baru ramai lagi setelah jam tarawih.
DAY 3 - OURIKA VALLEY, ATLAS MOUNTAIN
I loved it! Tiba-tiba hiking kecil di benua Afrika, tanpa rencana. Happy karena pengalaman baru dan udaranya sejuk, jadi ga terlalu sulit. Tripnya ini mesti keluar kota, so gue ikut group trip yang di arrange sama airbnb gue. 400 dirham per orang, kalau pake Euro harganya 36 euro. Full day, include a very fulfilling lunch yang ga bisa gue coba karena lagi puasa. Value for moneynya oke sih.
Ada shopping stop ke tempat kerajinan tanah liat dan industri argan oil yang diprakarsai wanita. Gue ga tertarik sama industri tanah liatnya, tapi gue suka sama cara mereka jualan di center argan oil. Mahal, karena banyak komisi yang harus dibayarkan sana sini. Gue tetep beli, karena gue merasa sesinya menarik dan produknya punya value. Gue spend 300 dirham untuk 2 produk. Kalau beli di kota, rasanya bisa lebih murah 20-30%. Gue sadar ini saat beli, tapi tetep beli.
curugnya so smoll |
muka lagi antri mau naik |
Perlu diingat, pegunungan Atlas ini besar sekali areanya. Quick visit dari tour yang gue ikuti fokus sama Ourika Valley dan hiking ke 1 curug. Curugnya... Bagusan curug di Sentul dah. Kecil banget. Cuma perjalanan menuju curugnya memang cukup enjoyable dan rapi. Butuh sekitar 1 jam, terrain berbatu. Beberapa spot cukup licin dan terjal. Tapi semua grup harus dilengkapi oleh guide kok. Guide tentu sudah include di paket.
DAY 4 - JARDIN MAJORELLE, MEDERSA BEN YOUSSEF
Jardin Majorelle ini icon Marrakesh yang letaknya sedikit di luar Medina. Gue udah pernah kesana. Cantik, tapi ya super 'eksklusif'. Entrance feenya mahal banget. Cuaca di pagi saat gue berkunjung gerimis mendung. Gapapa sih, cuma jadi lebih dingin aja.
Photo spot di lantai 2 Medersa Ben Youssef |
Gue pertama kali ke Medersa Ben Youssef, bangunan bekas madrasah bersejarah. Cantik banget dan terjaga dengan baik. Entrance fee 50 dirham atau sekitar 80 ribu. Lokasinya sangat sulit ditemukan karena ada di tengah-tengah Medina dan dalam gang gitu. Gue inget gue sempet mau visit dulu tapi ga jadi karena ga bisa nemuin, yang ada malah kena scam. Kali ini, gue pergi sama Ko Victor jadi bisa lebih sabar dan gigih dalam mencari spot.
Medersa Ben Youssef lebih bagus dalam video, so gue buat ulasannya di tiktok aja ya.
DAY 5 - DEPARTURE
Flight gue jam 7.45 pagi, jadi gue harus meninggalkan penginapan sangat early. Gue pilih pake shuttle yang di arrange airbnb, tapi harganya mahal karena sebelum jam 8 pagi. Harusnya 15 euro, jadi 20 euro. Okelah, yang penting ga ketinggalan pesawat dan AMAN.
Pengeluaran Utama
Tiket multi-city (CGK-CDG, MXP-CGK) IDR 9.5 juta
Tiket easyjet Paris-Marrakesh 100 euro no bagasi
Tiket RyanAir Marrakesh-Milan with bagasi 100 euro, incl one-way airport transfer
Airport Transfer Marrakesh 20 euro
Shuttle Paris PP 8 euro
Hotel Paris 51 euro
Malpensa Express Milan PP 26 euro
Tiket 1 day transport Milan 7.6 euro
Penginapan 4 malam di Marrakesh 1.4 juta rupiah
So basic expenses untuk transport dan akomodasi total 10.9 juta rupiah + 312.6 euro. Kalau kurs euro 17,000 berarti totalnya 16.2juta. Yang belum gue itung tuh makan, jajan, dan tiket masuk wisata. Totalnya kurang dari 4 juta sih. Berarti total 20 juta untuk all expenses. Ini trip long weekend Paskah.
Bisa lebih murah gak kalau terbang langsung ke Marrakesh? Bisa.
Gue gak ambil opsi ini karena kalo gue kelamaan di Marrakesh sendiri, gue ga ada temen. Gue gak berani. Marrakesh ini cukup 'wild', apalagi buat cewe. Banyak scam dan catcalling. Scamnya tuh dimulai dari disapa, lalu menawarkan bantuan. Eh taunya lu dipalak. Atau lu dijebak, ditunjukkan arah yang salah (Medina sulit sekali dinavigasi), kalo lu mau 'keluar', harus bayar.
Gue ga punya kesabaran hati dan kekuatan untuk dealing sama hal-hal yang bikin stress. Jadi gue arrange flight ke Eropa aja, lalu match jadwal sama my traveling partners. Alasan lainnya juga karena tiket long weekend ke Eropa saat gue beli terbilang ok (dibawah 10 juta PP). Yang mahal sih ternyata tiket lowcostnya ya. Harusnya bisa separuh harga, cuma karena lagi easter weekend, jadi melambung.
FINAL VERDICT?
Morocco is BEAUTIFUL. Makanan vegetarian lokalnya juga enak-enak. Gue mau banget balik lagi ke kota lain, eksplor bagian lain. Indah dan budget friendly kalau dibandingkan dengan Eropa. Sektor tourismnya juga udah cukup ready. Tapi gue masih belum siap mental kalau solo trip sendiri. Service mereka jauhhh dibandingkan dengan Asia Tenggara, apalagi Indonesia yang super ramah.
Gue bisa rekomen Morocco untuk dieksplor sendiri kalau budgetnya besar alias luxury trip sekalian. More money most likely artinya better service. Belum pernah coba juga sih :P
Kalau mau hemat, rasanya kurang nyaman.
Marrakesh, apalagi Medina, sangat sibuk, ramai dan crowded. Tetep bisa kok traveling santai, jalan kaki di sekitar kota aja. Gue dan teman-teman gue merasa Morroco is a great place to chill yang dekat dari Eropa. Ada bedanya gak visit di bulan puasa? Jujur, hampir ga ada. Marrakesh ready buat turis yang mayoritas European. Tetep bisa cari makan siang-siang. Toko ga tutup, kecuali di jam Maghrib, Itupun sesaat. Jadi lebih banyak pasar takjil aja, cuma yang dijual ya jelas takjil atau manisan ala Arab ya.
Semoga bisa balik untuk eksplor bagian lain dari Maroko!